Langkah yang dilakukan Rusia menghidupkan kembali kekhawatiran tentang ketahanan pangan global. Apa yang dilakukan Rusia disebut sebagai pukulan telak untuk pasar perdagangan internasional biji-bijian dan gandum.
Rusia mengatakan mereka tidak akan mau memperbarui kesepakatan Laut Hitam. Padahal kesepakatan tersebut banyak dinilai sebagai terobosan diplomatis langka yang dapat mencegah terjadinya krisis pangan global.
"Hari ini adalah hari terakhir kesepakatan biji-bijian dan gandun," kata Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov dilansir CNBC, Selasa (18/7/2023).
Baca juga: 3 Penyebab Harga Pangan Melonjak Tinggi |
Kesepakatan Laut Hitam telah berulang kali diperpanjang dalam waktu singkat. Namun nyatanya kesepakatan itu meningkatkan ketidakpuasan Rusia karena membatasi pengiriman penuh ekspor biji-bijian dan pupuk dari negaranya sendiri.
Presiden Rusia Vladimir Putin juga membicarakan persoalan ini ketika bertemu Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa. Putin mengatakan tujuan utama memasok biji-bijian ke negara-negara yang membutuhkan, termasuk Afrika malah belum tercapai.
Harga gandum, jagung, dan kedelai perlahan naik karena tidak diperpanjangnya Kesepakatan Laut Hitam. Harga gandum berjangka melonjak 3% pada Senin, mencapai level tertinggi 689,25 sen per gantang, level tertinggi sejak 28 Juni 706,25 sen.
Namun, harga gandum masih tetap jauh di bawah level puncak 1.177,5 sen per gantang yang dicapai pada Mei tahun lalu. Di sisi lain, harga jagung di pasar berjangka juga melonjak hingga 526,5 sen per gantang, sementara kedelai berjangka melonjak hingga 1.388,75 sen per gantang.
Simon J. Evenett, seorang spesialis dalam perdagangan global dan seorang profesor ekonomi di University of St. Gallen, mengatakan langkah Rusia yang menarik diri dari kesepakatan Laut Hitam mencerminkan pukulan telak bagi Ukraina dan dunia.
"Hilangnya Kesepakatan Laut Hitam merupakan pukulan bagi negara-negara yang mencari gandum Ukraina yang lebih murah," kata Evenett.
Peter Ceretti dari Eurasia Group mengatakan pihaknya berharap Rusia berubah pikiran. Ceretti menilai langkah Rusia pada kesepakatan Laut Hitam bisa memicu rentetan inflasi pangan global yang berpotensi menggoyahkan stabilitas ekonomi banyak negara.
"Pengiriman biji-bijian Rusia akan berlanjut, dan berakhirnya kesepakatan tidak akan sepenuhnya menghentikan pengiriman Ukraina melalui Laut Hitam atau melalui Eropa. Namun, ke depan, akhir dari kesepakatan biji-bijian akan menambah tekanan kenaikan lainnya pada harga pangan, seperti kekeringan di Eropa dan permulaan El Nino," beber Ceretti.
Sejak ditandatangani pada Juli tahun lalu, PBB mengatakan Kesepakatan Laut Hitam telah membuat lebih dari 32 juta metrik ton komoditas pangan diekspor dari tiga pelabuhan Laut Hitam Ukraina, mulai dari Odesa, Chornomorsk, dan Pivdennyi ke 45 negara di seluruh dunia. (hal/ara)