Ketua ASEAN Business Advisory Council (ASEAN-BAC) Arsjad Rasjid kembali menyatakan komitmennya untuk meningkatkan ketahanan kesehatan di seluruh wilayah ASEAN. Hari Hepatitis Sedunia yang jatuh pada 28 Juli memberikan wadah untuk menggerakkan seruan aksi guna memberantas virus hepatitis yang merupakan salah satu ancaman utama kesehatan masyarakat di seluruh dunia.
Mengusung tema 'One Life, One Liver', peringatan tersebut menyoroti fungsi kritis hati bagi kesehatan manusia yang dapat terancam oleh infeksi hepatitis. Kata hepatitis sendiri merupakan pembengkakan hati yang menyebabkan setidaknya satu juta orang meninggal setiap tahunnya di dunia menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Sebanyak satu infeksi kronis juga terjadi setiap sepuluh detik di seluruh dunia. Diperkirakan oleh WHO, sekitar 125 juta orang hidup dengan hepatitis kronis, yang menyebabkan kesehatan yang parah jika tidak diobati.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Virus Hepatitis mempengaruhi jutaan orang di wilayah ASEAN. Data tahun 2019 dari Global Burden of Disease (GBD), khusus untuk ASEAN sendiri, Indonesia, Kamboja, dan Vietnam menjadi tiga besar negara yang memiliki angka kematian tertinggi akibat virus ini. Indonesia mencapai 2,14 per 100 ribu penduduk, diikuti Kamboja 1,87 dan Vietnam 0,7," kata Arsjad dalam keterangan tertulis, Jumat (28/7/2023).
Sementara itu, delapan negara ASEAN lainnya, seperti Kamboja, Vietnam, Brunei, Malaysia, Laos, Myanmar, Thailand, Filipina, dan Singapura memiliki angka kematian kurang dari 1 per 100.000 penduduk. Oleh karenanya, ASEAN-BAC telah berusaha untuk merumuskan solusi konkret untuk menginspirasi hadirnya komitmen di tingkat kawasan ASEAN, untuk membangun masa depan yang lebih sehat dan tangguh bagi semua orang.
Arsjad menambahkan bahwa kunci untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan membentuk kemitraan publik dan swasta yang lebih besar di sektor kesehatan wilayah ASEAN. Dengan mengatasi tantangan kesehatan yang signifikan dan mengangkat ketahanan kesehatan sebagai prioritas utama, ASEAN-BAC berusaha untuk mempromosikan lingkungan bisnis yang berkembang dan kuat yang melindungi kesehatan dan kesejahteraan warga ASEAN.
"Kita banyak belajar selama pandemi kemarin, bahwa infrastruktur kesehatan adalah salah satu hal yang perlu menjadi prioritas. Untuk itu ASEAN-BAC menjadikan Ketahanan Kesehatan sebagai salah satu isu prioritas. Pada sisi regional, Indonesia juga telah mengesahkan UU Omnibus Reformasi Kesehatan. Dengan UU ini, Indonesia siap terbuka terhadap investasi dalam penelitian dan pengembangan, pengembangan pasar baru dan manufaktur, serta meningkatkan pelayanan di sektor kesehatan," kata Arsjad.
Policy Manager untuk ASEAN-BAC Health Working Group Shuhaela Haqim, mengatakan bahwa kunci untuk mencapai ketahanan kesehatan terletak pada kolaborasi regional yang lebih kuat, sistem kesehatan yang lebih kokoh, dan lebih banyak investasi dalam riset dan inovasi (R&D).
"Kita membutuhkan pendekatan yang sistematis dan terpadu untuk mengurangi penyakit hepatitis di kawasan ASEAN. Dengan mengidentifikasi area kunci kolaborasi, sistem kesehatan, serta investasi dalam R&D, ASEAN dapat memiliki kemampuan yang lebih kuat untuk menghadapi tantangan kesehatan dan melindungi kesejahteraan ratusan juta orang di wilayah ASEAN," kata Shuhaela.
Klik halaman selanjutnya >>>
Simak Video "Video Olahraga yang Dilakukan Mpok Atiek untuk Jaga Kesehatan"
[Gambas:Video 20detik]