ASEAN-BAC Mau Beri Penghargaan Bisnis yang Andil dalam Ketahanan Pangan

ASEAN-BAC Mau Beri Penghargaan Bisnis yang Andil dalam Ketahanan Pangan

Kania Falahiatika - detikFinance
Jumat, 21 Jul 2023 13:17 WIB
Ketua ASEAN-BAC Arsjad Rasjid
Foto: ASEAN-BAC
Jakarta -

ASEAN-Business Advisory Council (ASEAN-BAC) akan memberikan penghargaan ASEAN Business Awards (ABA) 2023 bagi perusahaan dan individu yang telah memberikan kontribusi signifikan dalam mengatasi ancaman krisis pangan. Penghargaan ini akan diberikan dalam pilar Ketahanan Pangan.

Ketua ASEAN-Business Advisory Council (ASEAN-BAC) Arsjad Rasjid menyampaikan ABA 2023 dapat menjadi media bagi bisnis untuk menunjukkan kontribusi mereka terhadap persoalan krisis pangan yang terjadi di ASEAN.

"ASEAN Business Awards (ABA) 2023 memberikan peluang besar bagi bisnis yang di kawasan ASEAN untuk menunjukkan kontribusi mereka terhadap ketahanan pangan dan pertanian berkelanjutan," tutur Arsjad dalam keterangan tertulis, Jumat (21/7/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Bisnis dan individu yang memenuhi syarat didorong untuk mengirimkan nominasi mereka untuk berpartisipasi dalam acara bergengsi ini. Pengajuan akan dievaluasi oleh panel juri terkemuka yang terdiri dari pakar industri dan pembuat kebijakan. Unjuk inovasi cemerlang dalam ketahanan pangan kepada publik yang lebih luas," sambungnya.

Dalam ABA 2023, akan dihadirkan pilar penghargaan Ketahanan Pangan yang didalamnya terdapat dua kategori penghargaan, yaitu Sustainable Crop Production dan Tech for Sustainable Agriculture. Pendaftaran bagi perusahaan berskala besar hingga UMKM dapat dilakukan paling lambat 21 Juli 2023 melalui aseanbacindonesia.id/event/aba-2023.

ADVERTISEMENT

Kategori pertama, yaitu Sustainable Crop Production yang bertujuan untuk memberikan penghargaan pada bisnis yang telah mengadopsi closed-loop model yang inklusif dalam produksi tanaman yang berkelanjutan. Kategori ini berfokus pada pengintegrasian berbagai pemangku kepentingan di seluruh rantai pasokan, yakni kolaborasi dan inklusivitas untuk menciptakan sistem pertanian yang lebih adil dan berkelanjutan.

Dengan melibatkan petani, masyarakat lokal, dan pemangku kepentingan lainnya, bisnis mempromosikan praktik yang adil dan transparan, memastikan kesejahteraan petani, dan meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan.

Dalam pilar yang sama, kategori Tech for Sustainable Agriculture bertujuan untuk memberikan penghargaan kepada perusahaan-perusahaan inovatif yang telah mengembangkan teknologi dan solusi untuk meningkatkan produktivitas pertanian sekaligus mengurangi degradasi lingkungan. Kemajuan ini dapat mencakup alat pertanian presisi, sistem pertanian cerdas, pemantauan berbasis robotik, dan teknologi terobosan lainnya yang mengoptimalkan penggunaan sumber daya, meningkatkan hasil panen, dan mempromosikan praktik pertanian yang berkelanjutan.

Arsjad menegaskan bahwa pengembangan solusi berkelanjutan untuk memastikan ketahanan pangan di ASEAN perlu dilakukan melalui kolaborasi dari berbagai pihak dan pemanfaatan teknologi.

"Masalah ketahanan pangan di ASEAN berada pada titik kritis. Kita harus memanfaatkan teknologi untuk mengembangkan solusi berkelanjutan dan memastikan ketahanan pangan di ASEAN. Dengan mengadopsi teknologi canggih, kita dapat mengatasi tantangan yang dihadapi petani dan menciptakan sistem pangan tangguh yang mampu menahan guncangan iklim," ujar Arsjad.

Berbagai perusahaan seperti PT Astra International Tbk., Sinar Mas, Bakrie Group, East Ventures, dan Mayora Group telah mengadopsi proses bisnis agrikultur yang mengutamakan agenda keberlanjutan. Chairman & CEO Sinar Mas Agribusiness and Food Franky Oesman Widjaja mengatakan dalam kemitraan Inclusive Closed Loop, pemerintah, swasta, dan seluruh pemangku kepentingan bekerja sama untuk memberikan pendampingan secara konsisten kepada petani dan UMKM.

"Selain meningkatkan produktivitas, mereka diberikan akses teknologi, literasi keuangan dan pembiayaan serta pemasaran, agar mampu meningkatkan daya saing hingga bisa naik kelas. Saya berharap akan semakin banyak pihak yang mereplikasi model kemitraan Inclusive Closed Loop karena telah terbukti dan sukses diterapkan pada petani sawit," jelas Franky.




(ncm/ega)

Hide Ads