Gembar-gembor El Nino Ancam Pasokan Pangan, Demi Buka Keran Impor?

Gembar-gembor El Nino Ancam Pasokan Pangan, Demi Buka Keran Impor?

Aulia Damayanti - detikFinance
Rabu, 02 Agu 2023 14:05 WIB
Ilustrasi kekeringan
Ilustrasi El Nino. Foto: ANTARA FOTO/Dedhez Anggara
Jakarta -

Ancaman dampak dari cuaca ekstrem atau kekeringan El Nino belakangan ini menjadi sorotan pemerintah dan sejumlah pihak. Karena kekeringan ini akan berdampak pada produksi lahan pertanian dan mempengaruhi pasokan pangan dalam negeri.

Namun, Guru Besar dan Kepala Pusat Bioteknologi IPB Dwi Andreas Santosa mengatakan El Nino yang terjadi di Indonesia tidak sebesar apa yang dinarasikan belakangan ini. Saat ini kondisi iklim tidak dapat diprediksi, namun berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), El Nino di Indonesia di tahap sedang

"Terkait dengan El Nino saat ini 2023, dari berbagi perhitungan internasional, dan BMKG, tergolong sedang atau medium El Nino yang terjadi mulainya Agustus ini, sehingga itu sebabnya dampaknya tidak perlu dikhawatirkan," katanya kepada detikcom, Rabu (2/8/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia memperkirakan penurunan produksi padi di tengah El Nino hanya 5%. Dengan kata lain, produksi dan nanti pasokan beras dalam negeri dipastikan aman.

"2023 perkiraan saya menurun 5% untuk padi ini aman, nggak ada masalah makanya ada 1,5 juta ton beras. Kalau menurut saya tidak begitu besar sebagaimana yang dibesar-besarkan," terang dia.

ADVERTISEMENT

Andreas menjelaskan, kondisi iklim memang tidak bisa diprediksi bahkan pengaruhnya juga penuh ketidakpastian. Seperti El Nino pada 20 tahun terakhir, misal pada 2006 yang kondisinya lemah tetapi produksinya turun 5,8% sedangkan El Nino pada 2015 yang tergolong sangat kuat, penurunan produksinya sangat kecil.

Ia pun menyayangkan keputusan impor yang dilakukan pemerintah karena sebenarnya pengaruh El Nino di Indonesia tidak begitu besar. Kemudian produksi dan pasokan dalam negeri juga dipastikan aman.

"Keputusan impor ini tidak diiringi dengan data yang akurat sehingga keputusan impor diputuskan gegabah. Pada akhir 2022 diputuskan impor 500 ribu ton, untuk menjawab kenaikan harga bulan sebelumnya. Beras impor masuk Februari-Maret ya tidak terjawablah, saat ini sudah panen raya," terangnya.

Belum lagi penugasan impor beras 2 juta ton tahun ini dan pemerintah yang berencana mengimpor beras dari India. "Ini kan apa-apaan. Dalam arti menghitung perlu impor atau tidak tidak berdasarkan kondisi yang ada data tang benar," tutur dia.

Dihubungi terpisah Pengamat Pertanian Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori, mengatakan informasi terakhir dari BMKG skala el nino di Indonesia rendah hingga moderat. Ia memprediksi penurunan produksi padi hanya 3-5%. Hal itu juga berkaitan dengan prediksi dari tahun sebelumnya.

"Yang terdekat ya 2015 dan 2018. Tapi di dua tahun terakhir itu tidak terlalu besar dampaknya. Mengacu dari data panjang yang pernah dipetakan, ada potensi penurunan produksi 3-5%. Terutama padi yang memang memerlukan banyak air," kata dia.

Terkait impor di tengah ancaman el nino, Khudori mengatakan karena harga gabah dan beras saat ini tinggi. Ia menjelaskan saat harga tinggi dan produksi diperkirakan terbatas, satu-satunya jalan untuk memenuhi kebutuhan cadangan beras pemerintah (CBP) yakni terpaksa harus impor.

"Kalau pengadaan dalam negeri nggak ada, ya memang impor karena supaya pasar tenang," ujar dia.

CBP sendiri merupakan cadangan beras pemerintah yang pasokannya disimpan oleh Perum Bulog. CBP ini digunakan untuk intervensi harga dan pasokan beras di dalam negeri.

Sebagai informasi, el nino memang tengah menjadi buah bibir publik bahkan pemerintah. Ancaman el nino disebut akan menyebabkan penurunan produksi dan pasokan pangan.

Hal itu juga yang menyebabkan pemerintah melakukan skema impor dalam rangka menjaga-jaga pasokan beras di tengah ancaman el nino. Penugasan pemerintah kepada Perum Bulog yakni sebesar 2 juta ton beras.

(ada/das)

Hide Ads