Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan, Didid Noordiatmoko menegaskan pembentukan bursa CPO agar Indonesia memiliki harga acuan sendiri. Ia mengatakan pembentukan itu bukan untuk menjatuhkan bursa CPO Malaysia.
"Kita tidak dalam posisi ingin menjatuhkan bursa Malaysia, tidak. Kita ingin punya harga acuan tersendiri, itu saja. Jadi, sekali lagi, tujuan utama CPO masuk bursa adalah supaya kita memiliki harga acuan kita tersendiri. Bahwa nanti harga acuan itu bisa mempengaruhi harga internasional," kata Didid dalam konferensi pers di Double Tree by Hilton Jakarta Pusat, Kamis (3/8/2023).
Didid mengatakan Indonesia dengan Malaysia sendiri tidak ada persaingan terkait CPO. Malah saat ini kedua negara tengah bekerjasama untuk memperjuangkan nasib CPO yang dijegal akibat kebijakan Uni Eropa yakni UU Anti-deforestasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu, bahwa dengan Malaysia, ya kan, teman-teman kemarin waktu acara hari Selasa kemarin, itu CPO terkait dengan undang-undang deforestasi Uni Eropa, ya kan, Indonesia dengan Malaysia ini sekarang sedang sama-sama untuk memperjuangkan CPO di Uni Eropa. Sehingga, posisinya kita tidak bertentangan dengan bursa Malaysia," jelasnya.
"Tapi justru kita sama-sama memperjuangkan CPO. Kita sama-sama bersinergi memperjuangkan CPO. Jadi, seolah-olah kemarin ditulis bursa CPO nggak jadi-jadi karena saya takut dengan bursa Malaysia," tambah dia.
Hadirnya bursa CPO juga bertujuan agar CPO Indonesia lebih bisa bersaing di global. Apa lagi 50% produksi CPO global berasal dari Indonesia.
"Supaya CPO kita bisa diterima di sana. Nah, dan kita tambah satu lagi, kita ingin punya harga referensi, kan gitu. Nah, jadi, kami tentu akan berkolaborasi dengan bursa-bursa yang ada," terangnya.
Sebagai informasi, harga acuan CPO Indonesia selama ini CPO Malaysia dan Rotterdam. Padahal Indonesia merupakan penghasil CPO terbesar di dunia.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (Zulhas) mengaku disindir Presiden Joko Widodo (Jokowi) beberapa kali. Hal ini karena Indonesia masih berpatokan ke Malaysia dan Belanda untuk harga acuan CPO atau minyak kelapa sawit.
Hingga sekarang Indonesia memang belum memiliki bursa CPO. Oleh karena itu Zulhas berharap bursa CPO bisa segera meluncur.
"Bursa CPO itu kita patokannya Belanda dan Malaysia. Presiden beberapa kali nyindir kita raja sawit kok ikutnya Belanda sama Malaysia. Kita nggak punya (bursa CPO), tapi mudah-mudahan bisa kita selesaikan," katanya saat meresmikan Bursa Kripto di Jakarta, Jumat (28/7/2023).
Dengan meluncurnya bursa CPO harga acuan CPO ekspor tidak lagi mengikuti harga bursa utama MDEX di Malaysia dan Rotterdam di Belanda.
(ada/kil)