3 Fakta Ekonomi RI Tumbuh di Atas 5% Selama 7 Kuartal Beruntun

3 Fakta Ekonomi RI Tumbuh di Atas 5% Selama 7 Kuartal Beruntun

Anisa Indraini - detikFinance
Selasa, 08 Agu 2023 06:00 WIB
Mengapa Pertumbuhan Ekonomi Cina Melambat?
Foto: DW (News)
Jakarta -

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2023 mencapai 5,17% secara tahunan (year on year/yoy). Pertumbuhan di atas 5% ini merupakan pencapaian selama tujuh kuartal berturut-turut.

Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Moh. Edy Mahmud mengatakan pencapaian itu menandakan bahwa perekonomian Indonesia stabil.

"Secara year on year perekonomian kita di triwulan II-2023 tumbuh 5,17%. Pertumbuhan ekonomi secara tahunan konsisten berada pada level 5% selama 7 kuartal berturut-turut menandakan pertumbuhan ekonomi kita semakin stabil," kata Edy dalam konferensi pers, Senin (7/8/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikut 3 faktanya:

1. Konsumsi Rumah Tangga Sebagai Pendorong

ADVERTISEMENT

Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi paling besar didorong dari komponen konsumsi rumah tangga yang tumbuh 5,23% (yoy), lalu Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh 4,63% (yoy), konsumsi pemerintah tumbuh 10,62%, dan konsumsi lembaga non profit tumbuh 8,62% (yoy). Sementara ekspor dan impor mengalami kontraksi masing-masing -2,75% dan -3,08%.

"Komponen terbesar memberikan dorongan terhadap pertumbuhan ekonomi adalah: konsumsi rumah tangga yang memberikan dorongan sebesar 2,77% dari 5,17%, komponen PMTB 1,39% dari 5,17%, serta konsumsi pemerintah 0,73% dari 5,17%. Komponen lainnya menyumbang sekitar 0,32% dan komponen ekspor kita kontraksi sebesar 0,04%," ucapnya.

Lebih rinci dijelaskan, konsumsi rumah tangga tumbuh positif pada triwulan II-2023 karena didorong oleh perayaan hari besar keagamaan mulai dari Bulan Ramadan, Idul Fitri dan Idul Adha. Kemudian adanya pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) dan gaji ke-13 bagi Aparatur Sipil Negara (ASN).

2. Ekonomi Pulau Jawa Masih Jadi 'Tulang Punggung'

Jika dilihat secara spasial, sumber perekonomian Indonesia masih didominasi oleh Pulau Jawa. Porsi perekonomian Pulau Jawa terhadap perekonomian nasional mencapai 57,27% pada kuartal II-2023.

"Kemudian Sumatera 21,94%, Kalimantan 8,32%, Bali dan Nusa Tenggara 2,77%, Sulawesi 7,13%, Maluku dan Papua 2,57%," beber Edy.

Lebih rinci dijelaskan bahwa Jawa tumbuh 5,18% (yoy), Sumatera tumbuh 4,90% (yoy), Kalimantan tumbuh 5,56% (yoy), Sulawesi tumbuh 6,64% (yoy), Maluku dan papua tumbuh 6,35% (yoy), serta Bali dan Nusa Tenggara tumbuh 3,01% (yoy).

Lihat juga Video 'Kepala Bappenas: Hindari Middle Income Trap, Ekonomi RI Harus Tumbuh 6%':

[Gambas:Video 20detik]



Bersambung ke Halaman Berikutnya: Daerah yang Pertumbuhan Ekonominya Negatif

3. Hanya NTB yang Ekonominya Negatif

Nusa Tenggara Barat (NTB) tercatat satu-satunya wilayah yang ekonominya kontraksi di kuartal II-2023 yakni -0,48%. Hal itu dikarenakan adanya penurunan kegiatan pertambangan dan penggalian, khususnya pada produksi tembaga.

"Kalau kita lihat dari PDRB Nusa Tenggara Barat yang terkontraksi pada triwulan II-2023 ini disebabkan karena adanya penurunan kegiatan pertambangan dan penggalian, khususnya produksi tembaga," kata Edy.

Seperti diketahui, Presiden Joko Widodo (Jokowi) melarang ekspor konsentrat tembaga sejak Juni 2023. Kecuali PT Freeport Indonesia (PTFI) dan PT Amman Mineral Nusa Tenggara yang diberi kelonggaran untuk ekspor konsentrat tembaga hingga Mei 2024, karena memenuhi persyaratan telah menyelesaikan 50% pembangunan fasilitas pemurniannya (smelter) per Januari 2023.

Selain itu, anjloknya ekonomi NTB juga disebabkan karena adanya penurunan pada kegiatan pertanian, kehutanan dan perikanan khususnya produksi padi. Ekonomi NTB turun dari triwulan I-2023 yang masih tumbuh 3,57%.

"Jadi ada dua kegiatan yang mewarnai penurunan dari PDRB di NTB. Pertama tadi adalah pertambangan dan penggalian, yang kedua adalah pertanian, kehutanan dan sebagainya," beber Edy.


Hide Ads