Heboh Gubernur NTT Sebut Makan Banyak Ciri-ciri Orang Miskin

Heboh Gubernur NTT Sebut Makan Banyak Ciri-ciri Orang Miskin

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Senin, 14 Agu 2023 07:30 WIB
Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat
Foto: Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat (Abdul Haris/detikcom)
Jakarta -

Pernyataan Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Viktor Bungtilu Laiskodat jadi sorotan. Dalam sebuah acara, Viktor melontarkan pernyataan keras menyentil ketersediaan pangan hingga kemiskinan di provinsi yang dipimpinnya.

Menurut Viktor, NTT sebenarnya adalah daerah yang memiliki sumber daya alam melimpah. Namun, saat ini NTT cenderung menjadi salah satu provinsi termiskin di Indonesia.

Gubernur yang akan mengakhiri masa jabatannya pada 5 September mendatang itu menyebut pemimpin tolol lantaran belum mengelola kekayaan alam secara maksimal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya selalu bilang, bukan ini provinsi miskin tapi kekayaannya belum dikerjakan. Karena itu, dia (NTT) belum kaya, bukan dia (NTT) miskin. Ya kenapa belum dikerjakan? Karena pemimpinnya tolol," kata Viktor saat menghadiri perayaan HUT ke-2 Badan Pangan Nasional di Kota Kupang, NTT, Sabtu (12/8/2023).

Makan Banyak Ciri Kemiskinan

Dia lantas menyinggung permasalahan pangan di daerah yang dipimpinnya itu. Kemiskinan, kata Viktor, kerap ditandai dengan keributan terkait beras. Hal itu terjadi karena kebanyakan orang miskin, menurutnya porsi makannya lebih banyak nasinya daripada proteinnya.

ADVERTISEMENT

"Ciri khas manusia kaya itu, lihat di tempat makannya. Kalau nasinya ambil banyak, itu orang miskin, tapi kalau proteinnya banyak, itu orang kaya," ujar Viktor.

Lalu seperti apa definisi kemiskinan sebenarnya? Badan Pusat Statistik (BPS) yang biasa mengeluarkan data kemiskinan di Indonesia mendefinisikan orang miskin adalah penduduk yang dikategorikan memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan.

Dikutip dari laman resminya, Minggu (13/8/2023) kemarin, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach) dalam menentukan siapa saja penduduk yang masuk ke dalam kategori miskin.

Konsep ini mengacu pada Handbook on Poverty and Inequality yang diterbitkan oleh World Bank. Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.

"Penduduk dikategorikan sebagai penduduk miskin jika memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan," tulis BPS dalam laman resminya.

Adapun dalam data kemiskinan terkini per Maret 2023, BPS menyatakan Garis Kemiskinan di Indonesia tercatat sebesar Rp 550.458 per kapita per bulan dengan komposisi Garis Kemiskinan Makanan sebesar Rp 408.522 dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan Rp 141.936.

Sementara itu, rata-rata rumah tangga miskin di Indonesia tercatat memiliki 4,71 orang anggota rumah tangga. Dengan demikian, besarnya Garis Kemiskinan per rumah tangga secara rata-rata adalah sebesar Rp 2.592.657 per rumah tangga miskin per bulan. Artinya, rumah tangga dengan penghasilan di bawah angka tersebut disebut sebagai keluarga miskin.

Jumlah Orang Miskin NTT

Dalam data terakhir yang diterbitkan BPS, NTT memang masuk ke dalam salah satu provinsi dengan tingkat kemiskinan tertinggi di Indonesia. Dari lima provinsi dengan tingkat kemiskinan tertinggi, NTT menduduki posisi ketiga.

Secara nasional, per Maret 2023, BPS mencatat 25,9 juta orang miskin di Indonesia per Maret 2023. Jumlah itu setara dengan 9,36% penduduk di Indonesia.

Nusa Tenggara Timur (NTT) jadi provinsi dengan tingkat kemiskinan paling banyak ketiga di Indonesia. Persentase penduduk miskin di NTT sebanyak 19,96%, turun dari September 2022 yang mencatatkan persentase sebesar 20,23%.

Jumlah penduduk miskin di NTT per Maret 2023 adalah sebesar 1.141.110 jiwa. Turun sebanyak 8.060 jiwa dari September 2022 yang mencatatkan jumlah penduduk miskin sebanyak 1.149.170 jiwa.

(hal/ara)

Hide Ads