Barang Murah Diduga dari China Masih Banyak, Teten Mau Panggil TikTok Lagi

Barang Murah Diduga dari China Masih Banyak, Teten Mau Panggil TikTok Lagi

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Senin, 14 Agu 2023 15:02 WIB
Menkop UKM Teten Masduki
Menkop UKM Teten Masduki/Foto: Kemenkop UKM
Jakarta -

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki berencana memanggil kembali TikTok. Hal ini dilakukan lantaran masih ditemukannya produk-produk murah yang diduga berasal dari China di platform tersebut.

Teten menduga, masih terdapat aktivitas perdagangan lintas batas alias cross border sehingga barang-barang impor murah masih banyak ditemui di platform tersebut. Kondisi ini tentu akan memberatkan para pelaku UMKM untuk mempertahankan aktivitas bisnisnya di platform tersebut.

"Nanti saya akan panggil lagi," kata Teten saat ditemui usai audiensi dengan seller platform online di Kemenkop UKM, Jakarta Selatan, Senin (14/8/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Padahal sebelumnya, TikTok membantah adanya aktivitas tersebut tatkala melangsungkan pertemuan dengan Kemenkop UKM Juli lalu. Di sisi lain, masih berseliweran barang-barang dengan harga murah di platform itu sehingga ia menduga produk tersebut adalah impor.

"Coba lihat TikTok kan janji untuk tidak melakukan predatory pricing, tapi saya lihat tadi di online, parfum Rp 100, celana pendek Rp 2.000, itu HPP-nya aja ongkos produksinya di dalam negeri sudah pasti di atas Rp 5.000. Jadi belum ada perubahan dari TikTok," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Teten mengatakan, sulit mendeteksi asal produk tersebut apalagi bila yang menjualnya justru seller-seller lokal Tanah Air. Ia mencurigai ada yang salah dengan bea masuknya sehingga produk impor ini masih bisa dijual dengan harga murah

"Pas begitu impor biasa masuk dulu barangnya ke dalam negeri baru jualan di sini. Berarti saya melihat ini ada yang keliru dari bea masuknya," kata Teten

Oleh karena itu, pihaknya terus mendorong agar revisi Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No. 50 Tahun 2020 tentang Ketentuan Perizinan Usaha, Periklanan, Pembinaan, dan Pengawasan Pelaku Usaha dalam Perdagangan Melalui Sistem Elektronik bisa segera rampung. Ada dua usulan baru yang ingin disampaikannya berkenaan dengan aturan ini, pertama, meminta kenaikan bea masuk untuk produk asal luar, tak hanya China tetapi juga negara-negara lainnya.

"Tadi saya lihat sendiri harganya nggak masuk akal. Sudah ada predator pricing itu memang karena kita terlalu longgar, pasar kita terlalu longgar, sehingga barang mereka bisa masuk ke sini dengan harga semurah-murahnya," ujarnya.

Kedua, produk-produk impor bermuara di pelabuhan yang jauh, misalnya pelabuhan di Sorong, Papua, sehingga dari sana produk-produk tersebut akan kena ongkos lagi, dengan begitu produk di dalam negeri masih bisa kompetitif.

Sebagai tambahan informasi, sebelumnya Head of Communication TikTok Indonesia Anggini Setiawan menegaskan, pihaknya tidak akan membuka aktivitas perdagangan cross border. Bahkan sejak TikTok Shop diluncurkan 2021 di Tanah Air, bisnis cross border tidak dibuka.

"Kami tak punya niatan untuk menciptakan produk e-commerce sendiri atau menjadi wholeseller berkompetisi dengan penjual lokal di Indonesia," kata Anggini, dalam konferensi pers di Kantor Kemenkop UKM, Jakarta Selatan, Rabu (26/7/2023) lalu.

Selaras dengan hal ini, Anggini menegaskan, pihaknya berkomitmen mendukung UMKM lokal. Dalam hal ini, TikTok Indonesia mengklaim seller TikTok 100% berasal dari lokal. Adapun total seller TikTok Shop di Indonesia kini mencapai 2 juta seller.

"Kami tegas menyatakan 100% penjual TikTok memiliki entitas lokal yang terdaftar atau merupakan perusahaan mikro lokal yang verifikasi lewat KTP atau paspor. Kami senantiasa tunduk, patuh dan menghormati segala hukum di Indonesia," katanya.

(ara/ara)

Hide Ads