PKS Soroti Utang Rp 7.000 T, Sebut Pemerintah Gali Lubang Tutup Lubang

PKS Soroti Utang Rp 7.000 T, Sebut Pemerintah Gali Lubang Tutup Lubang

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Kamis, 24 Agu 2023 12:35 WIB
Wakil Ketua Fraksi PKS DPR RI Netty Prasetiyani.
Netty Prasetiyani/Foto: Netty Prasetiyani (dok: dpr.go.id)
Jakarta -

Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menyoroti utang pemerintah pada 2022 yang tembus Rp 7.000 triliun lebih. Hal ini menjadi catatan dalam pandangan fraksi soal RUU Pertanggungjawaban APBN 2022.

Netty Prasetiyani yang ditunjuk sebagai juru bicara partai menyatakan pemerintah kurang baik dalam mengendalikan utang. Pada 2022, menurut catatannya utang pemerintah mencapai Rp 7.767,7 triliun dengan rasio terhadap PDB 39,7%.

"PKS memandang akumulasi utang hingga akhir 2022 sebesar Rp 7.776,7 triliun dengan rasio utang terhadap PDB sebesar 39,7% mengindikasikan kurangnya upaya pemerintah dalam pengendalian utang," beber Netty dalam Sidang Paripurna di Gedung DPR Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (24/8/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia juga menyampaikan total utang pemerintah meningkat tiap tahunnya. Penambahan utang pada 2022 sebesar Rp 867,87 triliun atau meningkat 12,6% setahun.

Menurut Fraksi PKS, semakin meningkatnya beban bunga utang, efek bola saljunya menggerus porsi belanja lainnya. Terbukti porsi belanja lainnya makin minim, misalnya belanja bantuan sosial dan subsidi yang cuma 7-11% saja.

ADVERTISEMENT

"Tahun 2022 belanja bansos hanya ambil porsi 7,08%, dan subsidi 11,0%. Jauh dari porsi pembayaran bunga utang, APBN yang semestinya harus menyejahterakan rakyat justru dialokasikan untuk porsi besar membayar bunga utang," ungkap Netty.

Netty menyebut kenaikan utang pemerintah setiap tahunnya juga tak berikan dampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Pada 2022 pertumbuhan ekonomi tidak mencapai target RPJMN 6-6,3%, pertumbuhan ekonomi cuma mentok di 5,3%.

Hal ini seperti menyiratkan bahwa pemerintah hanya gali lubang tutup lubang dalam melakukan pengelolaan utang. Netty juga menyoroti tingginya yield surat utang yang mencapai 7%.

"Pemerintah seperti konsisten dengan skema gali lubang tutup lubang dalam pengelolaan utang. Terlebih biaya yang harus dibayar untuk penerbitan utang tidak lah murah, dengan yield-nya yang tinggi 7,02%. Indonesia harus tanggung bunga utang jauh lebih besar dari negara lain yang memiliki rating setara, bahkan di bawahnya," pungkas Netty.

Simak juga Video: Jokowi Sebut Rasio Utang RI Lebih Baik dari Malaysia-India

[Gambas:Video 20detik]



(hal/ara)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads