ASEAN Business Advisory Council (ASEAN-BAC) di bawah kepemimpinan Arsjad Rasjid fokus menghadirkan kolaborasi bisnis yang inklusif antar negara ASEAN. ASEAN yang digadang-gadang menjadi epicentrum of growth diproyeksi bisa menyerap investasi hingga Rp 20 triliun sampai tahun 2045.
Dalam pembukaan ASEAN Business Investment Summit 2023 di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (3/9/2023), Arsjad mengatakan ASEAN-BAC mengusung gagasan 'ASEAN Centrality Through Innovation and Inclusivity'. ASEAN-BAC mendorong terbentuknya ekosistem bisnis yang solid di lingkup regional ASEAN, sehingga seluruh negara anggotanya bisa berkembang bersama.
"Pengertian soal ASEAN Centrality tidak hanya soal posisi geografis kita yang strategis, tapi juga dengan merekonstruksi pola pikir yang membuat kita sulit untuk berkembang bersama. Membangun resiliensi ekonomi di berbagai sektor, menyolidkan hubungkan dengan partner besar kita, " jelas Arsjad.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia itu bercerita dirinya bersama jajaran ASEAN-BAC mengunjungi semua negara ASEAN demi mendapatkan jawaban yang utuh soal bagaimana bisnis regional ASEAN dapat dikembangkan. Arsjad menemui pemerintahan, serta pelaku bisnis di semua negara ASEAN. Tak hanya pengusaha besar, ASEAN-BAC juga menjaring aspirasi dari para pedagang kecil.
"Kami melewati Brunei River (Brunei Darussalam), mengunjungi pedagang lokal di Ho Chi Minh (Vietnam), berbicara dengan pengusaha muda di Manila (Filipina). Dari interaksi ini kita mendapatkan semua aspirasi tentang bagaimana ASEAN seharusnya melangkah," ungkap Arsjad.
Hasil observasi dan aspirasi yang didapat ASEAN-BAC lantas diterjemahkan menjadi policy recommendation yang diberikan kepada pemerintah. Arsjad mengatakan pihaknya sudah memberikan policy recommendation tersebut kepada Presiden Joko Widodo dalam perannya di Chairmanship ASEAN 2023 pada Jumat (1/9) lalu.
"Presiden (Jokowi) mendukung misi kami mempromosikan ASEAN Incorporated, di mana sektor publik dan swasta bersama-sama membangun visi kita.
Arsjad menjelas terdapat lima sektor prioritas yang dimuat dalam policy recommendation tersebut. Kelima sektor itu, antara lain transformasi digital, pembangunan berkelanjutan, resiliensi kesehatan, ketahanan pangan, dan soal fasilitas perdagangan.
"Di sini kita mendorong perdagangan dan investasi di ASEAN, untuk perusahaan-perusahaan Thailand, Indonesia, dan yang lain semua investasi di ASEAN. Nah kita membuat namanya Asean business entity kita melihat bagaimana kalau ada perusahaan-perusahaan melakukan bisnis di ASEAN mestinya dipikirin ada spesialnya dong, ada sesuatu kekhususan karena memikirkan konteks untuk memperkuat yang namanya ASEAN tadi," tutur Arsjad.
Arsjad menyinggung, ASEAN sebagai 'Epicentrum of Growth' memiliki potensi investasi yang sangat besar. Diproyeksikan investasi yang masuk ke ASEAN sampai dengan tahun 2045 bisa mencapai US$ 20 triliun.
Mengingat besarnya potensi yang ada, Arsjad menggarisbawahi saat ini bukan lagi saatnya antarnegara ASEAN berkompetisi. Untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan, negara-negara ASEAN mesti bergotong royong lewat kolaborasi yang inklusif.
"Kita harus bersama-sama, makanya kita memperkenalkan dua nilai Indonesia, pertama Bineka Tunggal Ika, perbedaan itu tidak apa-apa yang penting kita menjadikan perbedaan itu sebagai kekuatan. Yang kedua, tadi gotong royong itu, inclusive collaboration. Nah di sisi ASEAN ini kita melihat bahwa kita ingin kolaborasi ini terjadi, makanya kelihatannya untuk ini pemerintah saja tidak cukup, jadi kita harus membawa sektor swasta," jelas Arsjad.
"Jadi kalau sudah dipertemukan perusahaan-perusahaan di ASEAN ternyata banyak hal yang bisa dilakukan yang selama ini tidak terfokus karena tadi, fokusnya ke luar terus tidak fokus di antarkita. Padahal market kita sendiri dengan 650 juta populasi itu kan besar," lanjutnya.
Sementara itu, terkait Asean Business Investment Summit yang diselenggarakan selama dua hari pada Minggu dan Senin (3-4/9), Arsjad meyakini kegiatan tersebut akan menghadirkan diskusi yang dinamis, pertukaran pikiran yang insightful, dan kolaborasi yang inovatif.
(anl/ega)