Pilu Pedagang Pasar Tanah Abang: Omzet Anjlok, Pulang dengan Tangan Kosong

Pilu Pedagang Pasar Tanah Abang: Omzet Anjlok, Pulang dengan Tangan Kosong

Ignacio Geordi Oswaldo - detikFinance
Senin, 18 Sep 2023 17:26 WIB
Pasar Tanah Abang Terkini
Pasar Tanah Abang/Foto: Ignacio Geordy Oswaldo
Jakarta -

Sepinya pengunjung Pasar Tanah Abang membuat omzet para pedagang terus ambruk. Bahkan ada yang mengaku hanya bisa mengumpulkan sekitar Rp 2 juta dalam sebulan terakhir.

Seorang pedagang pakaian anak, Budi, mengaku saat ini omzet jualannya sangat anjlok. Ia yang sudah berjualan di kawasan ini sejak 2010 lalu mengaku setelah Lebaran kemarin pengunjung pasar terus berkurang.

Saking sepinya, dalam sehari ia kerap tidak mampu menjual sepotong pakaian pun. Padahal tahun-tahun sebelumnya, khususnya sebelum covid-19, penjualan usai lebaran masih ada walaupun tidak begitu tinggi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Lebaran kemarin lumayan, cuman ini sejak Lebaran ke sini sepi. Kalau tahun sebelumnya habis lebaran masih ada pendapatan, tapi ini ya kadang laris, kadang enggak. Seringnya kosong (tidak laku sama sekali)," kata Budi kepada detikcom, Senin (18/9/2023).

Ia mengaku sejak Lebaran kemarin omzetnya turun hingga 80%. Menurut perhitungannya, dalam sebulan terakhir bahkan omzetnya hanya di kisaran Rp 2 juta rupiah saja.

ADVERTISEMENT

"Kalau katakanlah dari 100% ya sekarang itu 80% turunnya. Sebelum covid itu masih lumayan (penjualan pasca lebaran), ini enggak. Perbandingannya jauh," ungkapnya.

"Kalau sekarang (omzet) paling berapa? Bisa makan sama gaji karyawan sudah Alhamdullilah. Sehari itu belum tentu ada (pemasukan). Sebulan itu paling Rp 2 juta, bulan yang sekarang," tambah Budi lagi.

Untuk menutupi kekurangannya itu Budi juga ikut berjualan online. Namun sayang ia mengaku penjualannya di e-commerce juga kurang laris.

Sama seperti Budi, pedagang kain batik di Pasar Tanah Abang bernama Arnold juga mengaku kondisi pasar saat ini juga masih sangat sepi pengunjung. Kondisi ini sudah terjadi usai Lebaran Haji pada akhir Juni 2023 kemarin.

"Sebenarnya (jumlah pengunjung) naik turun. Kurang lebih habis Lebaran Haji itu (pengunjung) turun drastis. Kemarin bulan 8 (Agustus) lumayan naik, sekarang bulan 9 (September) turun," kata Arnold.

Untuk Arnold sendiri, ia dalam sebulan masih bisa mendapat omzet senilai Rp 22 juta dalam sebulan. Omzet tersebut ia dapat dari pembelian grosir di pasar dari pabrik pembuatan baju batik.

"Sepi banget, ini aja saya belum laris sama sekali. Ini biar saya kasih contoh satu ya, (menunjukan nota pembelian sebesar Rp 10 juta), ini omzet saya sebulan ke pabrik di bulan 7 (Juli). Bayangin sesepi apa. Nih pabrik ke dua (nota pembelian lain senilai Rp 12 jutaan)," jelasnya sambil sesekali tertawa meringis.

Kondisi ini membuatnya harus putar otak untuk mendapatkan untung lebih. Salah satunya adalah dengan berjualan secara online.

Untuk itu ia sama seperti pedagang lain ikut berjualan online. Menurutnya untuk saat ini berjualan kain batik eceran masih lebih untung dari pada berjualan di toko. Namun ia tidak memungkiri bila berjualan secara grosir di toko masih lebih untung karena pembelian biasanya langsung dalam jumlah besar.

"Online lumayan laku, omzetnya lebih tinggi kalau ngecer (jual satuan). Secara total dalam sebulan omzet masih lebih tinggi di online, untuk ngecer ya," ungkapnya.

"Kalau kita hitung grosir (jualan offline), tetap grosir lebih gede. Kalau misal kita punya B2B (business-to-business), kita punya rekanan bisnis maksudnya. Kita kan jual bahan, maksudnya ada yang jual baju jadi itu ngambil bahan dari saya, itu jelas mereka ambil gede," tambahnya.

Untuk omzet berjualan online sendiri ia mengaku bisa mendapat omzet sekitar Rp 30 juta setiap bulannya. Dalam sehari kurang-lebih penghasilan kotornya bisa mencapai Rp 1 juta. "Online kurang-lebih, kalau kita ngomong gross ya, kasar ya, mungkin sekitar Rp 30 jutaan kurang-lebih. Sehari satu jutaan lah kurang-lebih, kasar loh ya," tutur Arnold.

(fdl/fdl)

Hide Ads