Pasar Taman Puring Kian Redup Babak Belur Lawan Online

Pasar Taman Puring Kian Redup Babak Belur Lawan Online

Ignacio Geordi Oswaldo - detikFinance
Jumat, 22 Sep 2023 06:45 WIB
Taman Puring Terkini
Pasar Taman Puring Terkini/Foto: Ignacio Geordy Oswaldo
Jakarta -

Pasar Taman Puring di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan dikenal sebagai primadona tempat sepatu murah. Sayang, eksistensi pasar yang menjual barang dengan harga miring ini sekarang mulai redup ditinggal penjual hingga pengunjung.

Berdasarkan pantauan detikcom di lokasi, Kamis (21/9), pasar ini terdiri dari dua lantai. Lantai atas punya ukuran yang cukup kecil. Di sana terlihat seperti gudang yang hanya berisi barang-barang rongsok, sedangkan toko-toko lebih banyak berada di lantai dasar.

Memasuki kawasan pasar, tampak toko-toko di kawasan ini tertata dengan rapi. Sebagian besar toko menjual produk sepatu, namun ada juga beberapa toko yang menjual baju, tas, dan kacamata.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Taman Puring TerkiniPasar Taman Puring Terkini Foto: Ignacio Geordy Oswaldo

Hingga pukul 11.00 WIB kondisi pasar masih sepi pengunjung. Hanya ada beberapa orang yang lalu-lalang di sepanjang koridor pasar. Kondisi pasar sepi dan senyap. Hanya ada sedikit interaksi di pasar ini dan sebagian besar hanya interaksi antar-penjual.

Bahkan berbeda dengan pasar pada umumnya di mana para penjual menawarkan barang dagangannya saat pengunjung melintas. Di sini terlihat para pedagang hanya duduk di toko-nya masing-masing dan hanya fokus pada handphone.

ADVERTISEMENT

Tidak hanya sepi pengunjung, kawasan pasar ini juga sepi penjual. Hal ini terlihat dari banyaknya toko yang ditutup. Di setiap koridor pasar, detikcom selalu menemui toko tutup. Tak hanya satu dua, sekitar belasan toko yang tutup di Pasar Taman Puring. Bahkan di beberapa koridor terlihat lebih banyak toko yang tutup daripada yang buka.

Berdasarkan keterangan seorang penjual sepatu, Hendra (43), sekitar 50% toko yang ada di pasar ini memang sudah tutup. Sedangkan sisanya memang buka siang. Kondisi ini menunjukkan bagaimana Pasar Taman Puring mulai kehilangan pesonanya dan mulai ditinggal.

"Untuk toko yang buka antara 50-50 lah. Dari sekian banyak kios-kios di sini 50-50, selebihnya ada yang buka siang ada yang memang tutup (tidak jualan)," ungkapnya kepada detikcom.

Taman Puring TerkiniPasar Taman Puring Terkini Foto: Ignacio Geordy Oswaldo

Sementara itu, pedagang lain bernama Amar (40) mengatakan jumlah toko yang sudah tutup di kawasan ini kurang dari seperempat atau 25%. Sedangkan sisanya belum buka atau hanya dijadikan gudang.

"Ada yang (buka) siang ada yang buat gudang doang. Toko yang tutup ya ada sih, tapi sebagian aja nggak semuanya. Seperempat (jumlah toko yang tutup) nggak ada," kata Amar.

Pedagang Pasar Taman Puring kalah dengan online. Cek halaman berikutnya.

Pedagang Pasar Taman Puring Kalah dengan Online

Hendra mengatakan kondisi ini terjadi lantaran pasar semakin sepi pembeli usai maraknya e-commerce. Kondisi ini diperparah lagi dengan adanya pandemi Covid-19.

"Kondisi di lapangan (pasar) bisa dilihat sendiri sepi banget kaya begini, berbeda dengan tahun-tahun sebelum Covid gitu ya. Meskipun ada media online kaya e-commerce itu tetap ramai nggak sesepi sekarang," katanya.

"Mulai dari pandemi, (jumlah pengunjung) agak menurun, ditambah lagi sekarang makin turun. Apalagi tambah sekarang online, ada Shopee, Lazada, semuanya mulai ke situ," tambah Hendra.

Melihat kondisi ini, ia sudah berusaha untuk ikut berjualan secara online. Sayangnya usaha itu tidak berjalan dan ia mengaku belum mendapat penghasilan sedikitpun dari jualan online.

"Kalau jualan online sih ada, tapi nggak jalan jualan online-nya. Nggak jalan juga, mungkin satu karena persaingan (jualan online), kedua mungkin karena kurang fokus, jadi saya fokus jualan offline saja," tuturnya.

Taman Puring TerkiniPasar Taman Puring Terkini Foto: Ignacio Geordy Oswaldo

Sementara itu, Amar yang menjual aksesoris fesyen seperti ikat pinggang, tas, hingga jam mengaku Pasar Taman Puring mulai sepi sejak 2018. Sama seperti Hendra, ia merasa sepinya pasar diakibatkan banyaknya pembeli yang beralih ke toko online.

"Ya sejak dari 2018 lah. dulu kan jarang pakai online, orang belum lumrah lah ibaratnya, itu ramai (pengunjung) memang. Orang kan banyak ke sini. Nah sekarang era kemajuan kan mungkin," kata Amar.

Ia juga mengaku ikut berjualan online, namun Amar merasa lebih senang berjualan offline karena bisa berinteraksi langsung dengan pelanggan. Selain itu ia juga mengaku dagangan online-nya tidak begitu laku.

"Ya ngikut juga (jualan online), kalau saya sih lebih enak (berjualan) di sini langsung. Kalau online kan rata-rata baru berapa hari cair. Ya enakan di sini langsung melayani kasih keterangan ini-ini (produk) lebih jelas detailnya," ujarnya.

Tidak hanya mereka berdua, pedagang lain, Risna (32), mengaku tidak bisa mengikuti persaingan dengan berjualan online. Ia yang menjual berbagai jenis sepatu kulit mengaku tidak ikut berjualan online karena sepi peminat.

Selain itu persaingan di pasar online menurutnya juga sangat berat. Belum lagi saat ini banyak toko-toko grosir yang jual eceran di online. Menurut Risna hal ini membuat harga jual di online jauh di bawah harga jual pasar yang membuatnya kalah saing.

"Sekarang mah susah saingannya. Sekarang kan yang jualan grosir juga pada online sekarang mah. Harganya bersaing susah," jelas Risna.


Hide Ads