Kok Harga Beras Belum Turun Meski Ada Bansos-Operasi Pasar? Ini Biang Keroknya

Aulia Damayanti - detikFinance
Rabu, 04 Okt 2023 14:38 WIB
Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi/Foto: Dok. Badan Pangan Nasional
Jakarta -

Badan Pangan Nasional kembali mengatakan penyebab harga beras masih tinggi karena harga Gabah Kering Panen (GKP) juga tinggi. Hal itu disebabkan oleh menurunnya produksi, sehingga penggilingan juga tidak memiliki banyak stok GKP.

"Hari ini, seperti ini artinya penggiling padi tidak dapat GKP. Karena GKP harganya tinggi, maka harga beras tinggi," kata Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi, di Gudang Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur, Rabu (4/10/2023).

Arief juga mengungkap masa panen juga akan mundur, sehingga diprediksi produksi juga mengalami penurunan sampai akhir tahun.

"Baru mulai tanam itu Desember, karena BMKG menyampaikan baru ada air itu nanti di bulan Desember, sehingga panen agak mundur," tuturnya.

Saat ini, operasi pasar dengan beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP), penyaluran bantuan pangan, hingga gerakan pangan murah terus dilakukan pemerintah. Namun, sejumlah upaya itu tidak serta merta langsung menurunkan harga beras.

Arief menyebut, saat ini setidaknya harga beras tidak melonjak tinggi. Artinya masih tertahan, meski masih tinggi.

"Bayangkan kalo enggak ada operasi pasar, nggak ada bantuan pangan, nggak ada semuanya, tapi harga beras hari ini tertahan," ucapnya.

Sementara Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan naiknya harga beras disebut karena produksi padi yang menurun. Penurunan ini pun dikatakan memang siklus setiap akhir tahun.

"Di beberapa wilayah juga kering kurang, situasi alam yang kita harus antisipasi produksi terus didorong tapi stok juga kita dorong karena jangan sampai harga beras terus melonjak naik," ucapnya.

Kemudian, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengatakan belum turunnya harga beras bisa saja karena ada oknum yang sengaja mengemas kembali beras Bulog. Hal itu biasanya dilakukan, sehingga harga beras Bulog bisa lebih tinggi, atau dijual harga premium.

"Itu rawannya itu diganti karung kalau diganti karung dianggap produksi dalam negeri produksi lokal mereka dimasukkan ke packaging merek-merek mereka untuk disuplai dan dijual dengan harga tinggi premium gitu maksudnya," ujar dia.

"Ya karena itu nggak akan turun-turun karena mereka jualnya begitu gitu dia jualnya untungnya besar-besaran dong," pungkasnya.




(ada/ara)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork