Badan Pangan Nasional mengungkap pemerintah telah menghitung rencana tambahan impor beras tahun ini. Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi mengatakan berdasarkan hitungannya, cadangan beras pemerintah (CBP) membutuhkan pasokan sebanyak 1,5 juta ton lagi di akhir tahun ini.
Pasokan ini untuk menjaga stok CBP yang dikelola Perum Bulog agar ideal di angka 1 juta ton pada akhir tahun. Arief mengatakan perhitungan itu disiapkan jika produksi sampai akhir tahun tidak mencukupi untuk stabilisasi harga dan pasokan beras.
"Kalau produksinya cukup, nggak? Kalau nggak cukup, ya kita siapin impor 1,5 (juta ton). Itu hitung-hitungan kita. Pokoknya itu untuk mengamankan stok Bulog harus 1 juta sampai akhir tahun. Jadi kalau produksi 1,6 juta kurang 900, kita siapin," kata Arief ditemui di Pasar Rawamangun, Jakarta Timur, Rabu (4/10/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Arief mengatakan, impor beras ini dilakukan agar negara memiliki cadangan pangan, sehingga saat harga tinggi dapat dilakukan intervensi.
"Kalau memang kurang, kenapa nggak akan ada penugasan baru? Pilih mana pilih nggak punya stok, apa punya stok?" ucapnya.
Pasokan beras yang saat ini dikuasai oleh Perum Bulog 1,7 juta ton. Sampai November, realisasi impor akan terus masuk ke Indonesia. Seiring dengan itu, pasokan beras yang dikuasai Bulog akan terus juga disalurkan untuk operasi pasar.
Makanya, stok Bulog perlu ditambah terus menerus karena akan berkurang juga. Pemerintah saat ini tengah menyalurkan bantuan beras selama tiga bulan dari September, Oktober dan November yang asal pasokannya dari beras Bulog.
Arief menuturkan, logis apabila Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengarahkan untuk ada penambahan pasokan baru pada CBP. Apalagi, produksi padi juga tengah menurun. Adapun idealnya pasokan CBP setidakhnya harus 1 juta sampai 1,2 juta ton.
"Iya logis karena produksi turun. Penjajakan terus dan Bulog tugasnya menjaga stok levelnya. Nanti saya ajak bagaimana stok Bulog, bagaimana Bulog memasukkan barang," tambah dia.
CBP Dominan dari Impor
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengatakan stok CBP yang ada di Gudang Bulog sebanyak 1,7 juta ton. Pasokan itu didominasi dari impor yang sekaligus digunakan untuk operasi pasar.
Pria yang akrab disapa Buwas mengakui saat ini penyerapan dari dalam negeri tidak maksimal karena keterbatasan harga. Adapun harga gabah kering panen (GKP) saat ini telah melonjak ke angka Rp 7.400 sampai Rp 7.600 per kg.
"Di satu sisi kita lihat ada keuntungan petani. Petani menikmati dengan harga tinggi, karena itu Bulog tidak menyerap gabah petani karena Bulog ada batasan harga supaya kebutuhan pasar tidak terganggu," ujarnya.
Berdasarkan informasi Perum Bulog, penyerapan dari petani dalam negeri sampai saat ini hanya 855 ribu ton.
(ada/ara)