Teriknya matahari yang terasa membakar kulit di siang hari dan sedikitnya curah hujan selama musim kemarau ini membuat udara terasa sangat panas. Akibatnya tidak sedikit wilayah di RI yang mengalami kekeringan hingga kurangnya pasokan air karenanya.
Dalam catatan detikcom, sebelumnya Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pernah mengungkapkan perkiraan akhir musim kemarau 2023 akan berbeda-beda alias tidak seragam. Di sejumlah wilayah diperkirakan akan masuk musim hujan lebih dahulu, sedangkan yang lainnya masih harus mengantri.
Sebut saja untuk wilayah Jawa dan Sumatera, musim kemarau kemungkinan berakhir hingga akhir bulan Oktober 2023. Dengan demikian, per bulan November Jawa dan Sumatera akan segera memasuki musim penghujan. Sedangkan di wilayah lain seperti Nusa Tenggara musim kemarau bisa sampai akhir tahun bahkan awal tahun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski berakhir berbeda di setiap wilayahnya, Dwikorita menyampaikan musim kemarau tahun 2023 berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya karena terasa lebih kering. Ia juga menyampaikan agar masyarakat bersiap karena musim kemarau ini mungkin hanyalah awal dari musim kemarau panjang lainnya.
Namun, siapa sangka kondisi ini dapat membuat sejumlah usaha ikut 'mengering' hingga sepi pelanggan. Hal ini seperti yang dirasakan Jaku (37), seorang penjual tanaman hias di kawasan Babelan, Kabupaten Bekasi.
Menurutnya, tidak sedikit masyarakat yang enggan membeli tanaman hias di musim sepi hujan ini. Sebab banyak calon pembeli merasa khawatir tanaman yang dibelinya akan mudah mati.
Sedikitnya curah hujan dan panas terik juga membuat calon pembeli harus memberikan perawatan lebih terhadap tanaman yang dibelinya. Kondisi ini sangat berbeda saat musim hujan di mana tanaman dapat tumbuh subur dengan sendirinya tanpa perlu diberi perhatian lebih.
"Kalau kaya gini kan (tanaman) jarang peminatnya kalau musim panas, takut mati kan orang gitu. Kalau musim hujan kan kembangan pada subur-subur, gak disiram lagi juga subur tanaman," ungkap Jaku kepada detikcom saat ditemui Kamis (5/10/2023).
Selain itu, selama musim kemarau banyak tanaman yang tampak kering dengan daun-daun menguning siap berguguran. Penampakan tanaman yang seperti ini membuat calon pembeli semakin ragu mengeluarkan isi dompetnya. Padahal menurut Jaku kondisi tanaman seperti ini merupakan hal yang biasa saat musim kemarau dan terjadi setiap tahun.
"Iya kadang-kadang (kondisi tanaman terlihat) kurang itu, entar pada rontok semua ini mah. Ya entar rontok semua ganti daun baru. Nggak ada masalah yang penting siram," jelasnya.
![]() |
Tidak hanya Jaku, kondisi sepi pelanggan di musim kemarau ini juga dirasakan oleh seorang pemilik tempat cuci mobil dan motor di kawasan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi. Pria paruh baya yang enggan disebutkan namanya ini mengaku jumlah pengunjung yang datang mengalami penyusutan.
"Emang kalau kemarau itu (sepi pelanggan) dari pertama, kalau saya mah nggak kaget. Saya pegang dari satu hari, satu-dua (kendaraan). Emang kalau waktunya kemarau sepi ya sepi," ungkapnya.
Ia menjelaskan saat musim panas panjang seperti sekarang ini, sebagian besar kendaraan hanya kotor akibat debu jalan yang mudah dibersihkan. Selain itu, dirinya berpendapat saat musim kemarau banyak orang cenderung untuk tidak terlalu memperhatikan penampilan kendaraannya karena tidak terlalu kotor tadi.
Akibatnya, para calon pelanggan tidak perlu sampai mengunjungi tempat cuci mobil dan motor hanya untuk membersihkan kendaraan. "Ibaratnya kalau sudah terlanjur (sepi pelanggan) mah terlanjur aja. Kalau ada yang mau nyuci yang dicuci kalau nggak yaudah," tandasnya.