Ekonomi Makin Menantang, Jokowi: Dunia Makin Tidak Jelas

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Selasa, 24 Okt 2023 09:57 WIB
Presiden Joko Widodo - Foto: (Muchlis Jr - Biro Pers Sekretariat Presiden)
Jakarta -

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan dunia makin tidak jelas. Tantangan ekonomi dunia, menurutnya terus berdatangan silih berganti. Tantangan juga tidak berkurang, namun bertambah.

"Dunia makin tidak jelas, tantangan tidak makin berkurang tapi makin bertambah," kata Jokowi dalam sambutannya di Acara BNI Investor Daily Summit, di Hutan Kota Plataran, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (24/10/2023).

Tantangan pertama yang diungkapkan Jokowi adalah perubahan iklim. Menurutnya, dahulu masalah ini dianggap sebagai sesuatu yang absurd. Namun, kini semua menjadi sangat nyata.

Dengan adanya siklus cuaca Super El Nino misalnya, menurutnya siklus tersebut membuat produksi beras turun. Masalah ditambah lagi dengan banyak negara menahan ekspor beras, hal ini membuat harga beras jadi mahal.

"Sekarang semua menjadi nyata, kekeringan, super El Nino kita rasakan, produksi beras turun hampir di semua negara. Bahkan, 22 negara mengerem, menyetop ekspor berasnya lagi. Inilah kondisi yang tak pernah dihitung tapi muncul," ungkap Jokowi.

Tantangan berikutnya yang diungkapkan Jokowi adalah pelemahan ekonomi global yang berkepanjangan. Menurutnya, banyak pihak meramalkan ekonomi akan naik tahun ini, namun nyatanya tidak terjadi.

Belum lagi, kebijakan suku bunga tinggi di Amerika Serikat juga ikut mengancam stabilitas ekonomi Indonesia. Jokowi bilang kebijakan itu membuat banyak sekali modal keluar dan masuk ke Amerika Serikat.

"Kebijakan suku bunga tinggi dan dalam waktu lama di Amerika Serikat juga semakin merumitkan (kondisi ekonomi ), utamanya negara berkembang. Capital outflow lari balik ke AS, merumitkan kita semua," beber Jokowi.

Tantangan terus bertambah, perang menjadi salah satunya. Jokowi bilang perang Ukraina dan Rusia belum jelas ujungnya, kini sudah ada lagi perang antara Hamas dan Israel.

Perang di timur tengah ini menurutnya sangat mengkhawatirkan banyak negara. Pasalnya, bila perang meluas dan melibatkan negara-negara Arab, harga minyak bisa melambung.

"Karena larinya bukan hanya perangnya, kalau meluas ke Lebanon, Syria, Iran, akan merumitkan masalah ekonomi semua negara karena harga minyak pasti naik," ungkap Jokowi.

Dia mengatakan terakhir kali mengecek patokan harga minyak Brent masih di level US$ 89 per barel. Bukan tidak mungkin, bila perang meluas di timur tengah harga minyak melonjak ke level US$ 150 per barel.

"Saya cek kemarin harga Brent masih US$ 89 per barel kalau meluas kita nggak ngerti, bisa aja capai US$ 150 (per barel)," kata Jokowi.




(hal/kil)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork