Ekonomi Palestina Babak Belur Imbas Serangan Israel

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Selasa, 07 Nov 2023 13:17 WIB
Tepi Barat. Foto: REUTERS/Raneen Sawafta
Jakarta -

Perang antara Hamas dan Israel memberikan dampak pada perekonomian Palestina. Hal itu salah satunya terlihat dari kondisi Ramallah, Tepi Barat Palestina yang diduduki Israel.

Dikutip dari Al Jazeera, Selasa (7/11/2023), halte bus pusat di Ramallah biasanya merupakan wilayah yang ramai. Namun, sejak 7 Oktober bus-bus telah diparkir dan para pengemudi hanya bisa duduk diam. Mereka menonton berita, merokok, dan minum kopi untuk mengisi waktu.

"Tidak ada pekerjaan," kata Saleh Nakhleh, pengemudi berusia 40 tahun.

"Kami hampir tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup," kata ayah empat anak ini.

Biasanya, ia mendapat penghasilan antara 350 hingga 400 shekel (US$ 86 hingga $98) per hari. Kini, pendapatan harian mereka turun menjadi sekitar 100 shekel ($24).

Pos-pos pemeriksaan utama ditutup, kafe-kafe kosong, ruang-ruang kelas universitas yang tadinya penuh sesak tidak ada lagi mahasiswa dan produk-produk di rak-rak toko mulai berkurang. Perjalanan antar kota dan desa sekitarnya telah menjadi suatu hal yang berbahaya dan sulit.

"Kami tidak meninggalkan Ramallah - semua jalan ditutup dan ada pos pemeriksaan di mana-mana. Orang-orang takut, dan kami tidak bisa bertanggung jawab atas nyawa siapa pun," kata Ali Jamal Taleb, pengemudi berusia 35 tahun.

Taleb bercerita, dirinya diserang oleh tentara ketika dia melakukan perjalanan ke desa Sinjil sekitar 20 km di luar Ramallah kurang dari dua minggu lalu.

"Saya membawa dua pekerja dari Gaza. Para tentara menarik kami keluar dari mobil dan memukuli kami tanpa alasan. Mereka menyandarkan kami ke dinding, mengikat tangan kami ke belakang dan terus memukuli kami. Mereka kemudian meninggalkan kami selama dua jam di pinggir jalan, dan kemudian membiarkan kami pergi," katanya.

Sementara, Ibrahim al-Kilani yang mengelola toko buah dan sayur besar di Beitunia di pinggiran Ramallah biasanya membawa semua hasil panennya dari Nablus dan sebagian lagi dari dalam Israel.

Biasanya, ia menerima satu truk penuh produk dari Nablus setiap hari. Kini, truk tersebut melakukan satu kali perjalanan setiap dua hingga tiga hari.

"Situasi ekonomi sedang runtuh," katanya.

"Penjualan turun 50%. Kami menghadapi kesulitan besar dalam mengangkut hasil bumi - perjalanan menjadi mahal dalam hal bahan bakar dan waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke sana," kata al-Kilani.

Lihat Video 'Ribuan Warga Palestina yang Berlindung di RS Al Shifa Diancam Israel':






(acd/das)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork