Tips Atur Duit dan Investasi buat Mahasiswa Biar Nggak Cepat Habis

Tips Atur Duit dan Investasi buat Mahasiswa Biar Nggak Cepat Habis

Retno Ayuningrum - detikFinance
Selasa, 21 Nov 2023 08:00 WIB
dPreneur di UPN Veteran
d'Preneur di UPN Veteran. (Foto: Samuel Gading/Detikcom)
Jakarta -

Mengatur keuangan seringkali masih disepelekan oleh sebagian orang, termasuk mahasiswa. Pasalnya, masih banyak mahasiswa bergantung pada orang tua hingga belum punya penghasilan tetap.

Perencana Keuangan Nadia Harsya menilai mahasiswa juga perlu mengatur keuangan sedini mungkin. Memang praktik mengatur keuangan tidak bisa dilakukan sekali dua kali, tapi perlu dilakukan tiap hari. Dengan begitu, para mahasiswa bisa menyadari dan mengetahui prioritas antara kebutuhan dan keinginan.

"Kita harus sadar bahwa sumber kita, duit kita itu ada batasnya kita penting banget ngatur duit untuk tahu prioritasnya itu apa, di hari ini, atau tabung dulu, mana saja yang dilupain aja," kata Nadia dalam acara d'Preneur 'Tetap Eksis Meski Budget Tipis' yang terlaksana di Auditorium Bhinneka Tunggal Ika, Gedung Rektorat UPN Veteran Jakarta, Pondok Labu, Jakarta Selatan, Senin (20/11/2023) kemarin.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lebih lanjut lagi, Nadia bilang, mengatur keuangan bisa terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan dalam keuangan, seperti terjebak utang yang menumpuk.

Salah satu cara untuk mengatur keuangan dengan baik adalah investasi. Namun, penting untuk memilih instrumen investasi agar tidak menimbulkan kerugian.

ADVERTISEMENT

Pada kesempatan yang sama, Nadia Harsya memberikan beberapa instrumen investasi yang aman untuk mahasiswa.bSebelum itu, Nadia mengatakan mahasiswa perlu mengetahui risiko dari setiap instrumen investasi, mulai dari risiko rendah, risiko menengah, hingga risiko tinggi.

Dengan begitu, mereka bisa memilih investasi yang sesuai dengan risiko yang ingin diambil. Dia pun menyarankan untuk mengambil investasi dengan risiko rendah.

"Kamu harus tahu bahwa risiko produk investasi tersebut. Jadi, kalau mau mulai (investasi) ke instrumen investasi yang risikonya rendah. Contohnya ada deposito," jelas Nadia.

Nadia menjelaskan dana yang diinvestasikan di deposito memang agak besar. Misalnya, di bank digital minimal Rp 1 juta, sedangkan di bank konvensional membutuhkan Rp 8 juta. Meski begitu, Nadia juga punya alternatif lain, yakni reksa dana pasar uang.

"Reksa dana yang jenisnya pasar uang ini underlying asset atau isi dari reksadana-nya itu deposito dan obligasi negara yang jatuh temponya kurang dari setahun. Di sana mulai dari ada yang Rp 20.000, ada yang Rp 100.000," lanjutnya.

Lebih lanjut, Nadia mengatakan apabila memakai instrumen tersebut bisa memberikan imbal hasil (return), tapi tidak membuat kerugian. Memang konsep return selalu beriringan dengan risiko instrumen investasi. Semakin tinggi risiko instrumen investasi, semakin tinggi return yang dihasilkan.

Sebagai informasi, acara ini didukung oleh GoTo Financial dengan programnya yaitu GoPay Finansiap memberikan edukasi soal keuangan untuk khalayak umum, mulai dari investasi, perencanaan keuangan, entrepreneurship, dan hal lain terkait keuangan.

Simak juga Video: Jokowi Ajak Investasi di IKN: Mumpung Harga Tanahnya Masih Murah

[Gambas:Video 20detik]



(das/das)

Hide Ads