Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan kepada generasi milenial dan Z bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) bukan soal pajak, belanja negara dan utang. Ia menyebut keuangan negara itu merupakan instrumen yang kompleks mengatur berbagai macam keuangan di negara.
"Bagi generasi-generasi muda seperti kalian, milenial dan Z, adalah instrumen yang sangat penting. Kalau saya ngomong APBN, mungkin yang anda ingat, pajak, bicara tentang belanja, mungkin bahkan juga bicara tentang utang. APBN sebuah mekanisme instrumen yang luar biasa kompleks, tapi dia adalah instrumen yang luar biasa strategis dan penting," ujarnya dalam acara Indonesia Millenial and Gen-Z Summit 2023 di Senayan Park, Jakarta Selatan, Jumat (24/11/2023).
Sri Mulyani juga mengatakan APBN sebagai instrumen yang mengelola ekonomi, keuangan, termasuk di dalam membuka kesempatan. Kesempatan yang dimaksud ini salah satunya untuk generasi bangsa yang ingin menempuh pendidikan melalui berbagai program.
"Nah salah satu pemihakan kepada generasi muda adalah generasi muda butuh pendidikan. Makanya anggaran pendidikan adalah yang terbesar di dalam APBN kita, anggaran untuk kesehatan karena generasi muda membutuhkan tadi yang disebut mungkin nggak hanya physical health, mental health," jelas dia.
Anggaran pendidikan yang akan disalurkan negara untuk berbagai macam program sebesar Rp 660 triliun. Dana itu bertujuan untuk bisa memperbaiki berbagai fasilitas pendidikan kesehatan dan jaring pengaman sosial.
"Ini tujuannya adalah siapapun Anda, dari background apapun, ada di manapun, Anda punya kesempatan yang sama untuk maju. Hanya karena kalian tinggal di daerah atau di pulau yang nggak ada infrastrukturnya, hanya karena anda disabled, atau hanya karena kalian muda. Nggak. Membuat pemerataan itu membutuhkan banyak pemihakan termasuk di dalam APBN," terangnya.
Sri Mulyani mengajak generasi milenial dan Z untuk memperjuangkan cita-citanya, namun bukan hanya diam saja. Anggaran yang diberikan juga menjadi bagian dari investasi negara untuk anak bangsa. Makanya, jika hanya diam saja tidak akan mensukseskan diri sendiri dan bangsa.
"Itu pasti tidak akan membuat kalian sukses, negara Indonesia sukses, nggak akan. Mental entitlement dalam menganggap bahwa negara have to do something for me, then I just wait. Nggak juga, meskipun menganggarkan Rp 660 triliun untuk pendidikan, lebih dari Rp 186 triliun untuk kesehatan, bantuan sosial cukup besar, itu tidak berarti bahwa anda duduk dan menunggu," pungkas dia.
(ada/kil)