Melihat Budi Daya Ikan Napoleon yang Banyak Dilirik Warga Hong Kong

Tapal Batas Bakti Kominfo

Melihat Budi Daya Ikan Napoleon yang Banyak Dilirik Warga Hong Kong

Inkana Izatifiqa R. Putri - detikFinance
Kamis, 07 Des 2023 19:05 WIB
Budi daya ikan napoleon di Pulau Sedanau di Kecamatan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau.
Foto: dok. Grandyos Zafna/detikcom
Natuna -

Pulau Sedanau di Kecamatan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau menyimpan berbagai keistimewaan di dalamnya. Pasalnya, 70 persen pemukiman warga di Sedanau berada di permukaan laut sehingga kerap disebut sebagai 'kota terapung'.

Menjadi kota terapung, mayoritas warga Sedanau berprofesi sebagai nelayan dan pembudidaya ikan. Adapun salah satu budi daya ikan yang paling terkenal di Sedanau adalah ikan napoleon. Bahkan bagi warga Natuna, ikan napoleon menjadi sebuah anugerah karena bernilai jual tinggi. Apalagi ikan ini hanya dijumpai di kawasan Samudera Hindia dan Samudra Pasifik.

"Sumber mata pencaharian yang paling besar di Kecamatan Bunguran Barat, maksudnya di Pulau Sedanau ini adalah bilis semacam ikan teri. Kemudian di sini ada juga ikan unggulan ikan napoleon," kata Camat Bunguran Barat Haidir kepada detikcom belum lama ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Napoleon itu kalau memang (yang) besar, besarannya itu sekitar satu kilo, kemudian kalau ada di atas satu kilo, itu harganya bisa lebih dari Rp 1 juta per kilonya. Dan untuk masyarakat di Sedanau ini, ikan Napoleon ini bisa diternak atau dipelihara. Jadi ikan Napoleon ini termasuk ya ikan yang menurut saya ikan yang sangat mahal. Karena memang satu kiloannya Rp 1 jutaan," lanjutnya.

Meski punya harga tinggi, melakukan budi daya ikan napoleon ternyata tak semudah yang dibayangkan. Salah satu pembudidaya ikan napoleon di Sedanau, Rodi mengaku ikan napoleon biasanya dibudidaya dari bibit yang masih kecil. Pemeliharaan bibit pun harus dilakukan secara khusus menggunakan keramba jaring apung.

ADVERTISEMENT
Budi daya ikan napoleon di Pulau Sedanau di Kecamatan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau.Budi daya ikan napoleon di Pulau Sedanau di Kecamatan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau. Foto: dok. Grandyos Zafna/detikcom

"Kalau di sini kita beli (bibit ikan) dari orang kampung, mereka cari bibit kecil-kecil, kita beli (untuk dibudidaya). Pelihara ikan napoleon dari bibit kecil itu susah, kadang-kadang kalau nggak bisa pelihara, bisa mati. Jadi kita harus rawat dengan baik, kalau merawatnya nggak benar, bisa mati. Memang risikonya berat itu ngerawat napoleon, untung-untungan lah," ungkapnya.

Soal perawatannya pun juga tak boleh sembarangan. Rodi menjelaskan setiap harinya ia harus memberi makan ikan sebanyak dua kali sehari.

"Untuk perawatannya dikasih makan dua kali makan, pagi sama sore lah kalau air pasang. Satu hari itu kita kasih makan satu kilo. Makanannya biasanya ikan teri," lanjutnya.

Banyak Dilirik Warga Hong Kong

Tak hanya bernilai jual tinggi, ikan Napoleon ternyata juga banyak dilirik warga Hong Kong. Beberapa warga Sedanau pun kerap mengekspor budi daya ikan-ikan miliknya ke Hong Kong sesuai dengan regulasi pemerintah.

"Nanti setiap satu bulan atau dua bulan sekali, akan ada kapal Hong Kong yang menjemput ikan ini dijual, mereka jual langsung ke kapal Hong Kongnya," ungkapnya.

Potensi ekspor ikan napoleon di Natuna memang bisa dibilang cukup besar. Lancarnya ekspor ikan di Sedanau tentunya juga tak lepas dari perkembangan infrastruktur di sana.

"Untuk saat ini, yang kami rasakan di Sedanau, khususnya di Kecamatan Bunguran Barat, untuk infrastruktur sudah sangat baik. Lampu-lampu jalan, lampu-lampu untuk masyarakat sudah cukup. Kemudian, air juga sekarang sudah mulai dibangun embung atau SPAM (Sistem Penyediaan Air Minum), insyaallah akan diselesaikan dalam tahun 2024 ini," katanya.

"Kalau untuk sinyal, untuk jaringan di Sedanau ini sudah sangat baik. Cuma di desa agak sulit," sambungnya.

Budi daya ikan napoleon di Pulau Sedanau di Kecamatan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau.Budi daya ikan napoleon di Pulau Sedanau di Kecamatan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau. Foto: dok. Grandyos Zafna/detikcom


Oleh karena itu, ia berharap agar pemerintah dapat membangun infrastruktur yang dapat meningkatkan jaringan di desa-desa tersebut.

"Kalau memang ada rencana dari Bakti (Kominfo) mau membangun tower yang baru, ini sangat dibutuhkan," tutupnya.

Seperti diketahui, lancarnya akses internet dan sinyal yang memadai di Natuna juga tak lepas dari kehadiran Proyek Palapa Ring yang dibangun pemerintah melalui Bakti Kominfo. Namun, pengembangannya tentu memerlukan kolaborasi bersama dengan pihak terkait lainnya.

Natuna berada pada Proyek 2 Palapa Ring Paket Barat yang dibangun dengan jaringan Passive Fiber Optik standar ITU G654B sepanjang 2.124 Km dan dihubungkan dengan Perangkat Transmisi DWDM. Kehadiran Palapa Ring Barat yang mulai beroperasi pada 2 Maret 2018 turut mendorong operator telekomunikasi berbasis bisnis untuk mengembangkan jaringan pita lebar di area 3T.

detikcom bersama Bakti Kominfo mengadakan program Tapal Batas mengulas perkembangan ekonomi, wisata, infrastruktur, wisata, dan teknologi di wilayah 3T setelah adanya jaringan internet di beberapa wilayah terdepan Indonesia. Untuk mengetahui informasi dari program ini ikuti terus berita tentang Tapal Batas di tapalbatas.detik.com!




(prf/ega)

Hide Ads