Calon Presiden (capres) Ganjar Pranowo bercerita soal bully yang kerap diterimanya ketika menjabat Gubernur Jawa Tengah (Jateng). Bully tersebut terkait dengan Upah Minimum Provinsi (UMP) yang dinilai rendah.
Namun menurutnya, saat menjabat Gubernur Jawa Tengah ia kerap mengakomodir keluhan para buruh. Kemudian Pemprov Jateng memberi bantuan untuk menyelesaikan persoalan itu.
"Saya terapkan waktu di Jawa Tengah. Bapak ibu upahnya segini, saya di-bully semua orang. Tuh Jawa Tengah percuma tuh upah buruhnya rendah tuh. Apa yang mau kamu sejahterakan rakyat, bagaimana orang buruhnya upahnya rendah," katanya dalam Dialog Apindo Capres 2024 di Menara Bank Mega, Jakarta Selatan, Senin (11/12/2023).
"Lalu saya tanya, kawan buruh problem harianmu apa, saya temukan. Problem-nya saya takut kalau sakit. Maka BPJS penting. Yang urus siapa, perusahaan negara. Dua, saya takut anak saya nggak sekolah. Oke. Sekolahnya gratis kalau negeri," lanjutnya.
Kalau bukan sekolah negeri, sebut Ganjar, pemerintah akan memberi subsidi jika yang bersangkutan termasuk kategori miskin. Dengan begitu, masalah kesehatan dan pendidikan bisa diselesaikan.
Persoalan lain yang dikeluhkan buruh menyangkut ongkos transportasi yang mahal. Dengan bantuan pemerintah pusat, Ganjar membuat Trans Jawa Tengah yang masuk ke kawasan industri.
"Kamu hanya bayar Rp 2.000 mahal atau tidak. Wak halau segitu murah, oke pak saya buatkan. Subsidinya hanya Rp 10 miliar. Kemudian ditambahkan koridornya, pak lewat sini pak. Terakhir akomodasi," imbuhnya.
Menurutnya, meskipun UMP Jawa Tengah menjadi sorotan tapi sejumlah persoalan diatasi pemerintah. Dengan begitu Ganjar menilai hal tersebut bakal berdampak pada indeks kebahagiaan.
"Kalau kemudian format ini dipakai upah boleh sejumlah ini. Tapi beberapa persoalan di-handle oleh pemerintah. Maka jatuhnya akan sama. Maka dia butuh kalau ditanya, disurvei, dia bisa menambah performance surveinya indeks kebahagiaan," terang Ganjar.
Menurutnya dalam persoalan upah, pengusaha dan buruh punya pandangan berbeda. Buruh ingin mendapat upah tinggi, namun pengusaha ingin upah yang rendah.
(ily/ara)