Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia bercerita tentang karakter Presiden Joko Widodo (Jokowi), terutama dalam memperjuangkan hilirisasi. Menurutnya, Jokowi merupakan sosok pemimpin yang tidak bisa didikte.
Bahlil menyinggung tentang Jokowi yang terlihat kalem khas pria Jawa. Namun di balik itu, menurutnya Jokowi punya sangat keras dengan prinsip, terutama soal kedaulatan bangsa.
"Bapak Jokowi ini gayanya saja yang nggih-nggih, tapi kerasnya minta ampun. Bapak Presiden kalau sudah urusan kedaulatan bangsa, mana bisa didikte," kata Bahlil, dalam Agenda Diskusi bertajuk 'Hilirisasi', di Media Center Indonesia Maju, Jakarta, Senin (11/12/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, ia pun bercerita tentang pengalamannya di awal masa jabatan. Pada tahun 2019 silam, Bahlil berkunjung ke Eropa hingga Amerika Serikat (AS) dalam rangka meyakinkan mereka untuk berinvestasi di Indonesia. Namun pada kala itu, ia merasa dipandang sebelah mata.
"Mereka ketemu saya dengan sebelah mata. Mereka merasa seolah-olah negara kita bisa didikte. Saya katakan salah hitung mereka ini, menteri Pak Jokowi mana mau didikte-dikte," ujarnya.
"Apalagi menteri investasinya dari Papua kan, yang kerjanya gertak-gertak orang. Mana bisa digertak-gertak. Jadi ini perpaduan antara Jawa-Papua," sambungnya.
Akhirnya, kini terbukti bahwa Indonesia mampu menunjukkan taringnya. Berkat langkah hilirisasi nikel, Bahlil mengatakan, kini banyak perusahaan asing yang telah menunjukkan ketertarikan bahkan telah sepakat untuk bekerja sama dengan RI dalam membangun ekosistem kendaraan listrik (electric vehicle/EV). Ekspor hilirisasi nikel pun naik dari sebelumnya hanya US$ 3,3 miliar di 2017, menjadi US$ 33 miliar di 2022.
"Di dunia sekarang menurut saya, kompetisi penting tapi harus ada kolaborasi. Dengan kata lain, hilirisasi nikel gabungan antara kepentingan nasional dan kolaborasi juga untuk menambah nilai sumber daya yang kita miliki," ujar Bahlil.
"Apa yang terjadi dari (nilai ekspor nikel meningkat jadi) US$ 33 miliar itu, dengan pabrik baterai mobil itu pertama di indonesia, bukan negara lain. CATL, LG masuk ke kita, Ford, BASF, VW sudha masuk ke Indonesia. Dulu mana mau perusahaan-perusahaan gede ini," sambungnya.
(shc/hns)