Sukanto Tanoto melalui perusahaannya Royal Golden Eagle (RGE) membeli perusahaan popok bayi asal Hong Kong, Vinda International. Rencana akuisisi ini sebesar 52% saham.
Dikutip dari Reuters, Sabtu (16/12/2023) rencananya RGE, mengajukan penawaran untuk mengakuisisi HK$ 26,13 miliar atau US$ 3,35 miliar atau hampir Rp 52 triliun.
RGE mengatakan nilai tersebut hampir 150% lebih tinggi dari nilai aset bersih per saham Vinda sebesar HK$9,41 pada 30 Juni tahun ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
RGE adalah salah satu dari dua penawar akhir yang ingin mengakuisisi 52% saham di Vinda. Harga saham yang ditawarkan HK$23,50 per saham.
Kesepakatan tersebut masih harus mendapat persetujuan dari otoritas pengatur, termasuk di Tiongkok. Jadi, diperkirakan akan selesai pada pertengahan tahun 2024. Atas berita tersebut, saham Vinda melonjak sebanyak 9,7% menjadi HK$22,70.
Akuisisi ini menandai akuisisi terbesar ketiga di antara perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Hong Kong tahun ini, menurut data Dealogic.
RGE mengatakan pihaknya tidak memiliki rencana untuk merombak operasional Vinda, termasuk pemindahan aset tetap atau perubahan besar dalam manajemen atau karyawan Vinda.
Berdasarkan laporan dari Bursa Efek Hong Kong, Belinda, putri Tanoto, sebelumnya sudah mengakuisisi lebih dari 7% saham Vinda melalui Beaumont Capital Fund pada bulan Oktober.
Sebagai informasi, RGE adalah perusahaan yang didirikan oleh Tanoto pada tahun 1973, RGE telah berkembang menjadi grup global perusahaan manufaktur berbasis sumber daya alam dalam bisnis mulai dari pulp dan kertas hingga energi dengan aset lebih dari US$35 miliar dan 70.000 karyawan, menurut situs webnya.
Berusia 73 Tahun, Sukanto Tanoto adalah salah satu dari 50 orang terkaya di Indonesia dengan total kekayaan US$ 3 miliar atau Rp 46 triliun (kurs Rp 15.528) pada 2022. Masyarakat umumnya mengenalnya sebagai pendiri Tanoto Foundation dan RGE (Royal Golden Eagle) Group.
Dilansir laman resmi Tanoto Foundation, Sutanto menjadi pengusaha selama lebih dari 50 tahun. Mulanya, ia merintis bisnis yang bergerak di bidang pemasok suku cadang sederhana untuk industri perminyakan dan konstruksi bernama "Toko Motor". Selanjutnya pada 1967, ia pun mengembangkan bisnis kayu lapis yang selanjutnya merambah ke sumber daya lain, mulai dari kelapa sawit, pulp dan kertas, hingga kehutanan.
(kil/kil)