Faisal Basri Ramal Pertumbuhan Ekonomi RI di 2024 Tak sampai 5%

Samuel Gading - detikFinance
Senin, 05 Feb 2024 20:30 WIB
Faisal Basri (Foto: Samuel Gading/detikcom)
Jakarta -

Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Faisal Basri, memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di bawah angka 5% pada 2024. Ada beberapa alasan dirinya memprediksi hal tersebut.

"(Pertumbuhan ekonomi Indonesia) Di bawah 5% (untuk 2024)," ucap Faisal di Hotel Manhattan, Kuningan, Jakarta Pusat, Senin (5/4/2024).

Faisal mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak akan tumbuh di angka atau di atas 5% karena sejumlah faktor. Salah satunya, mayoritas investor akan wait and see atau menunggu Pemilu 2024 berlalu. Ia mengatakan hal ini adalah siklus yang terjadi di setiap Pemilu.

"Selalu ada siklus di tahun pemilu pertumbuhan investasi turun, ini sudah terjadi sejak tahun lalu, karena investor menunggu pemerintahan yang baru," tuturnya.

Di sisi lain, Faisal mengatakan bahwa mayoritas investor juga menunggu kepastian calon presiden (capres) yang terpilih pada 2024. Hal ini berkaitan dengan kepastian berbagai proyek pemerintah, salah satunya seperti pembangunan IKN Nusantara.

Alhasil, Faisal mengatakan proyeksi pertumbuhan ekonomi 5% yang dinyatakan pemerintah terlalu tinggi.

"Bagaimana investasi di IKN kalau Anies mau membatalkan? Ya wajar, jadi menurut saya ketinggian kalau (proyeksinya) 5%," tegasnya.

Sebelumnya berdasarkan catatan detikcom, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2023 akan berada di sekitar 5%. Ia mengajak semua pihak bersyukur atas capaian tersebut karena termasuk salah satu yang terbaik.

"Syukur, bersyukur, bersyukur, Indonesia adalah one of the best economic performance of the world. InsyaAllah tahun lalu pertumbuhan kita sekitar 5%," kata Perry dalam Peluncuran Laporan Perekonomian Indonesia 2023 yang dilihat virtual, Rabu (31/1/2024).

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga melihat ekonomi Indonesia tetap bertahan baik dan diperkirakan berada pada kisaran 5% di 2023. Hal ini ditopang oleh permintaan domestik yang bisa menahan pelemahan eksternal.

"Terutama didukung oleh konsumsi dan investasi. Aktivitas konsumsi masyarakat masih kuat didukung dengan tingkat inflasi yang relatif terkendali, juga penurunan tingkat pengangguran serta peranan APBN yang secara aktif pada 2023 sebagai shock absorber yang terus menjaga daya beli masyarakat kita," ucapnya dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di kantornya, Jakarta Pusat, Selasa (30/1/2024).




(das/das)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork