Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mulai was-was melihat kinerja ekspor Indonesia yang terus melemah. Hingga Januari 2024 saja, kinerja ekspor sudah menciut 8,1% secara tahunan.
Memang sampai saat ini Indonesia masih bisa mempertahankan raihan surplus neraca perdagangan selama 45 bulan berturut-turut. Namun, jumlah surplusnya juga makin rendah.
"Kinerja ekspor kita melemah, namun impor juga melemah. Neraca perdagangan pada Januari memang tetap surplus namun kondisi surplusnya mengalami penurunan," ungkap Sri Mulyani dalam konferensi pers virtual APBN Kita, Kamis (22/2/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut catatannya, nilai ekspor per Januari 2024 mencapai US$ 20,52 miliar turun 8,1% secara year on year, sementara itu impor naik tipis 0,4% secara year on year ke level US$ 18,51 miliar.
Nah bila melihat dari sisi neraca perdagangan Januari 2024 jumlahnya masih surplus US$ 2,02 miliar. Namun, jumlah surplus itu jauh lebih kecil dibandingkan tahun lalu yang mencapai US$ 3,88 miliar. Artinya kinerja perdagangan mengalami perlambatan.
"Bila kita melihat 2023 surplus neraca perdagangan pada US$ 3,88 billion, sedangkan pada Januari 2024 hanya mengalami surplus US$ 2,02 billion. Di tengah situasi global environment kita melihat ekspor mengalami tekanan terlihat dari pertumbuhan yang sifatnya negatif," beber Sri Mulyani.
Menurutnya, fenomena ini harus jadi perhatian. Pasalnya, ekspor impor merupakan indikator bagaimana situasi perekonomian global yang melemah dapat menjalar ke Indonesia.
"External balance ini harus jadi perhatian kita, karena ekspor impor menjadi jendela bagi bagaimana situasi global yang melemah penetrasi ke dalam perekonomian kita," pungkas Sri Mulyani.
(hal/kil)