Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi menegaskan penyesuaian harga eceran tertinggi (HET) bukan solusi atas tingginya harga dan minimnya pasokan beras di pasaran hingga ritel modern.
Ia menegaskan, masalah harga tinggi berkaitan dengan produksi. Karena penentuan harga beras ditentukan dari beberapa segmen biaya dari produksi.
"Ada masukkan dari beberapa pihak, termasuk teman-teman Ombudsman untuk menaikkan HET. Sekarang saya tanya, masalahnya di harga atau produksi? Di produksi. Kalau masalahnya itu harga, harga itu dihitung dari biaya pokok produksi, input-nya berapa, pupuk berapa, ini berapa, harganya masih bagus," kata Arief ditemui di Gudang Bulog Batangase, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Kamis (22/2/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Arief mengatakan jika HET dinaikkan lagi, maka akan memicu lebih tingginya harga beras. Maka, solusi untuk harga adalah pasokan yang tentunya dari produksi.
"Kalau dinaikkan harganya lagi lebih tinggi, sekarang saja orang protes harganya Rp 16.000. Mau dinaikkan lagi? Jadi yang harus dibenarkan adalah apa? Produksi, ayo kita benarkan sama-sama produksi," jelasnya.
Terkait masalah pasokan di ritel modern, Arief mengatakan Perum Bulog menentukan jumlah beras Stabilitas Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) untuk ritel 200.000 ton. Arief mengklaim saat ini ritel-ritel sudah mulai dipasok SPHP.
"Kan pengusaha sudah dikasih, SPHP diberikan, kemudian 200.000 ton di 2023 akhir. Awal tahun 200.000 ton, itu maksudnya supaya pengusaha penggiling padi bisa hidup. Makanya kemarin begitu diisi, sekarang sudah isi, karena dari Bulog sudah kasih 200.000 ton lagi. Tapi kalau kurang kita tambahin lagi," terangnya.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan alias Zulhas juga telah merespons permintaan pengusaha ritel yang ingin harga eceran tertinggi (HET) beras premium dinaikkan. Permintaan itu dengan tegas ditolak untuk saat ini.
"Nggak bisa. Belum itu," kata Zulhas di Pasar Bulu, Semarang, Jawa Tengah, Selasa (20/2/2024). Ia ditanya terkait permintaan pengusaha yang ingin HET beras premium naik.
Sebagai informasi, Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) pernah mengungkapkan bahwa saat ini pengusaha ritel kesulitan membeli beras dari distributor atau pengusaha besar karena harga sudah sangat tinggi.
Pengusaha beras juga diketahui menahan untuk menjual ke ritel karena terikat HET. Karena untuk penjualan di ritel harus mengikuti HET yang diatur pemerintah. Hal inilah yang menyebabkan stok beras di ritel langka.
(ada/rrd)