Pimpinan Wilayah Perum Bulog Sulawesi Selatan dan Barat (Sulselbar), Muhammad Imron Rosidi, mengatakan jumlah produksi beras di Sulawesi Selatan biasanya mencapai 3 juta ton dalam setahun. Angka itu lebih tinggi dibandingkan konsumsi masyarakat lokal sebesar 2 juta ton.
Makanya, tidak heran Sulawesi Selatan menjadi lumbung pangan Indonesia yang juga menyalurkan produksinya ke wilayah lain. Imron mengatakan, biasanya hasil produksi Sulsel dikirim ke Jawa Timur, Sumtera, Maluku, hingga Kalimantan.
"Kalimantan itu kan susah (beras), banyak ke sana (permintaan beras), jadi harga berapapun saja itu di sana dibeli. Jadi, beras-beras Sulsel ini ke mana mana, justru itu banyak beras Sulsel banyak keluar juga karena banyak tawaran yang menarik," kata dia ditemui di Kantor Wilayah Perum Bulog, Rappocini, Makassar, Sulawesi Selatan, dikutip Sabtu (24/2/2024).
Sementara saat ini, produksi beras belum banyak karena masih musim tanam. Pasokan yang kurang dari kebutuhan menyebabkan harga di Sulsel juga meningkat, seperti di wilayah lainnya.
"Di pasar itu ada Rp 14.000 sampai Rp 15.000/kg, yang premium. Yang medium juga ada Rp 14.000/kg, ada premium Rp 15.000 itu di lihat lagi kondisi berasnya," ujar da.
Imron mengatakan harga gabah kering panen (GKP) di Sulsel sudah mencapai Rp 8.000 per kilogram (kg) sampai hampir Rp 9.000/kg. Jadi, tidak heran jika harga beras di pasaran juga ada yang sampai Rp 16.000/kg.
"Harga GKP di sini sudah Rp 8.000/kg dan mau masuk Rp 9.000/kg. Kalau itu di beras-kan (gabah dikonversi menjadi beras) sudah hampis Rp 16.000/kg," tambah dia.
Tingginya harga beras di Sulsel memang disebabkan rendahnya produksi. Rendahnya produksi karena saat ini masih dalam masa tanam yang terlambat akibat tahun lalu kondisi iklim akibat El Nino menghambat waktu tanam.
Mahalnya harga di Sulsel juga menyebabkan Perum Bulog tidak bisa menyerap gabah petani. Oleh sebab itu, pasokan beras Bulog di Susel juga merupakan dari impor. Secara nasional, stok Bulog juga dari luar negeri.
Total stok Bulog saat ini 1,4 juta ton. Untuk stok Perum Bulog Sulawesi Selatan dan Barat (Sulselbar) mencapai 70 ribu ton. Beras impor tersebut berasal dari Thailand dan Vietnam. (ada/ara)