Pemilihan umum (Pemilu) 2024 membuat investor mempertanyakan potensi perubahan kebijakan efek terpilihnya salah satu kandidat yang dapat mempengaruhi bisnis ke depan, khususnya pada emiten di pasar modal. Sejumlah ekonom dan ahli keuangan lantas melontarkan prediksinya terhadap perekonomian dan pasar modal Indonesia pasca Pemilu 2024.
Direktur Bisnis Konsumer PT Bank Rakyat Indonesia (BRI), Handayani, mengatakan memasuki kuartal I-2024, terdapat optimisme melandainya inflasi dan pemangkasan suku bunga secara global. Hal ini dapat menjadi sentimen positif terhadap pasar keuangan domestik, terutama terhadap stabilitas nilai tukar uang rupiah.
Meskipun Bank Indonesia telah menaikkan suku bunga menjadi 6% dan diproyeksikan tidak akan menaikkannya lagi, namun ia mengatakan masih ada faktor ketidakpastian untuk 2024 khususnya terkait perkembangan ekonomi Amerika Serikat dan kebijakan moneter The Fed.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tentunya diperlukan panduan untuk nasabah retail dalam menentukan strategi investasi yang tepat. Dalam Market Outlook ini diharapkan nasabah diberikan gambaran menyeluruh terkait kondisi pasar keuangan," ucap Handayani dalam keterangan resmi, Sabtu (24/2/2024).
Senada, Direktur Retail & IT BRIDS, Fifi Virgantria, menyampaikan Pemilu damai akan memberikan dampak positif terhadap stabilitas pasar. Sebab, mayoritas investor saat ini cenderung memperhatikan arah kebijakan serta kemungkinan perubahan-perubahan di sisi pemerintah yang bakal mempengaruhi bisnis dan berdampak pada kinerja emiten di pasar modal.
"Diharapkan berbagai macam pertanyaan seputar kondisi ekonomi dan pasar yang ada dapat terjawab dengan adanya acara market outlook ini, di mana kami menghadirkan berbagai expert yang akan memberikan insight dan gambaran luas dari berbagai perspektif, mulai dari proyeksi makro ekonomi dan pasar saham, pandangan menurut investor berpengalaman, hingga dilengkapi dengan proyeksi sesuai ilmu Feng Shui," beber Fifi.
Sementara Head of Equity Research BRIDS, Erindra Krisnawan, menyampaikan bahwa pilpres yang berlangsung dengan baik memberikan konfirmasi atas faktor 'stabilitas' Indonesia. Optimisme pasar pasca piplres ditandai dengan aliran dana investor asing yang masuk. Hal ini didukung oleh ekspektasi dan prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang yang lebih tinggi di era pemerintahan baru.
"Trend positif ini bisa berlanjut jika didukung oleh adanya indikasi pertumbuhan laba bersih yang dapat membaik di atas level sebelumnya (7-8%). Sementara itu, stabilitas makroekonomi saat ini memberikan proteksi untuk investor terhadap downside risk dari pertumbuhan" papar Erindra.
Adapun dari sisi makroekonomi, Founder Komunitas & Investor, Rivan Kurniawan, menjelaskan bahwa sebenarnya tidak ada urgensi bagi Bank Indonesia untuk menaikkan tingkat suku bunga di tengah target inflasi yang terkendali. Didukung dengan fundamental yang dinilai cukup baik, 2024 ini diharapkan katalis positif kembali lagi ke Indonesia seiring dengan masuknya capital inflow.
"Selain itu, akan terdapat sektor yang diunggulkan ketika Prabowo dan Gibran terpilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden, antara lain sektor energi dengan hilirisasinya, minyak kelapa sawit, semen, terkait dengan pembangunan Ibu Kota Negara (IKN), dan masih banyak sektor-sektor lainnya," jelas Rivan.
Sementara dari sisi Feng Shui, Founder Feng Shui Consulting Indonesia, Yulius, menjelaskan meskipun tahun naga kayu identik dengan kemakmuran untuk Indonesia, perlu ada antisipasi meliputi efek perang yang masih akan memanas, suku bunga tinggi serta inflasi masih akan menjadi issue, dan adanya bencana pemanasan global dan perubahan iklim dari siklus el nino.
"Dari sisi ekonomi, recovery dunia akan lambat dan cenderung stagnan di tahun naga kayu ini. Oleh karena itu, strategi investasi 2024 adalah dengan menyesuaikan profil risiko masing-masing, hindari memaksakan diri, dan harus meningkatkan pengetahuan serta daya tahan investasi," pungkasnya.
(fdl/fdl)