Bukan Anak-anak, Ini Para Pemburu Layangan di Pinggir BKT

Bukan Anak-anak, Ini Para Pemburu Layangan di Pinggir BKT

Ignacio Geordi Oswaldo - detikFinance
Jumat, 15 Mar 2024 11:00 WIB
Bisnis layang layang
Foto: Ignacio Geordy Oswaldo
Jakarta -

Area pinggir Kanal Banjir Timur (BKT) di kawasan Duren Sawit, Jakarta Timur, sudah sejak lama kerap dijadikan area tempat bermain layangan oleh warga sekitar. Berkat itu banyak pedagang yang berkumpul dan membuka lapak area itu untuk menjajakan layang-layang.

Seorang penjual layangan di pinggir BKT bernama Jali misalnya. Ia mengaku sudah berjualan layang-layang di kawasan itu sejak 2013 lalu. Ia membuka lapak dagangannya di pinggir BKT setiap hari termasuk saat bulan Ramadan seperti sekarang ini.

Meski begitu, ia menyebut kawasan ini sudah tidak seramai dulu saat dirinya pertama kali berjualan layangan. Hal ini dikarenakan, di area tersebut kini sudah banyak ditumbuhi pohon-pohon dan tanam-tanaman yang membuat para pemain layangan tidak leluasa menerbangkan layang-layang mereka.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Emang di sini memang setiap hari ada saja yang main layangan, kalau 2014-2015 kemarin kita enak spot-nya (pinggiran BKT) enak nggak ditanami pohon kaya gini. Karena sudah ditanami pohon jadi yang main juga agak berkurang," kata Jali kepada detikcom, Jumat (15/3/2024).

"Mereka ya cari lapangan lagi, sekarang cari lapangan memang agak susah buat pemain layangan. cuma mereka yang mencari hiburan ya masih bisa bermain di sini," terangnya lagi.

ADVERTISEMENT

Padahal sebelum ditanami pepohonan itu, kawasan ini kerap dijadikan 'lapangan' bermain layangan bukan hanya oleh warga tapi hingga ke daerah-daerah lain.

"Kalau waktu sebelum ditanami pohon ini baru, orangnya macam-macam orang, ada yang dari Harapan Indah Bekasi, ada yang dari waduk Pluit, macam jauh-jauh waktu kemarin 2014-2015, kalau sekarang orangnya ini-ini aja," paparnya.

Secara umum, Jali mengatakan mereka yang bermain layangan di kawasan ini bukanlah anak kecil. Sebaliknya para pemain di kawasan ini adalah mereka orang dewasa yang sudah bekerja.

Oleh karenanya kebanyakan dari pemain layangan baru datang ke kawasan itu di atas jam 4-5 untuk sekadar menerbangkan layang-layang. Tentu di luar itu, para pemain juga biasa berkumpul di kawasan itu saat hari libur, bahkan lebih ramai daripada hari-hari biasanya.

"Mereka yang main kan orang pekerja semua, mereka pulang kerja main, pulang kerja main. Ini orangnya juga ini-ini aja sekarang mah. Sudah pada kenal semua, jadi mereka emang cari hiburan," ungkap Jali.

Hal senada juga disampaikan oleh pedagang layangan lain yang sudah berjualan di kawasan itu sejak 2002, Wahyu. Ia juga mengaku membuka lapak dagangannya setiap hari, tidak hanya di bulan Ramadan.

Secara umum Wahyu juga mengatakan para pemain layang-layang yang datang ke kawasan itu sebagian besar adalah orang dewasa, bukan anak kecil. Kalau pun ada anak kecil, biasanya mereka hanyalah anak-anak yang sedang diajak orang tuanya untuk berjalan-jalan di sekitar pinggiran BKT.

"Bukan anak kecil, yang main di sini mah sudah gede semua, kebanyakan bapak-bapak pemain semua. Paling nggak yang anak kecil pendatang semua, bawa keluarga biasa main," kata Wahyu.

Kemudian ia juga menyebut kawasan itu memang sudah sejak lama banyak digunakan untuk bermain layang-layang. Namun jumlah pengunjung yang bermain layangan di pinggir BKT ini semakin berkurang setelah area tersebut ditanami pohon-pohon dan tumbuhan lainnya.

"Dulu mah di sini belum ada ginian nih tahun 2002. Rumput kaga ada, tadinya rata," ucapnya sembari menunjuk area pepohonan dan tanaman lain di sisi kanan-kiri BKT.

Ia menjelaskan dengan adanya pepohonan dan tanaman di area tersebut, para pemain layangan jadi tidak bisa leluasa menerbangkan layang-layang mereka. Sebab untuk bisa menerbangkan layangan dengan nyaman diperlukan area lapang dan datar yang cukup luas, terutama jika banyak yang bermain di saat bersamaan.

(fdl/fdl)

Hide Ads