Wow! Omzet Pedagang Layangan di BKT Bisa Capai Rp 700 Ribu/Hari

Ignacio Geordi Oswaldo - detikFinance
Jumat, 15 Mar 2024 13:58 WIB
Bisnis Layang-layang/Foto: Ignacio Geordy Oswaldo
Jakarta -

Memasuki bulan suci Ramadan, kawasan Banjir Kanal Timur (BKT) Duren Sawit, Jakarta Timur, kian ramai dikunjungi para pemain layang-layang. Berkat itu omzet pendapatan para pedagang layangan di sana ikut meningkat.

Seorang penjual layangan di pinggir BKT bernama Jali mengatakan sudah sejak lama kawasan itu digunakan sebagai area bermain layangan aduan walaupun sudah tidak seramai dulu, saat belum ditanami pepohonan.

Meski sudah tidak seramai dulu, kawasan ini perlahan menjadi sedikit ramai saat memasuki bulan Ramadan. Walaupun menurut Jali peningkatan jumlah pemain layangan di pinggir BKT tidak begitu tinggi dibandingkan hari-hari biasa.

"(Jumlah pemain layangan) sama saja sih kaya hari-hari biasa, cuman sih memang ada saja (tambahan pemain layangan) kaya bocah-bocah baru gini, mungkin mereka ngabuburit. Paling cuma satu-dua doang, nggak banyak. Cuma kita liat nanti pertengahan Ramadan, soalnya ini kan baru hari kedua," kata Jali kepada detikcom, ditulis Jumat (15/3/2024).

Para pemain ini juga biasanya tidak menghabiskan begitu banyak uang untuk menerbangkan layang-layang. Jali mengatakan biasanya para pemain layangan ini rata-rata hanya menghabiskan sekitar Rp 10.000 bahkan kurang untuk bermain. Namun sesekali ada yang menghabiskan cukup banyak saat ingin membeli benang layangan dengan kualitas bagus.

"Layangan dijual Rp 1.000, paling bagus Rp 2.000, sudah itu saja. Kalau (benang) gelasan ada yang harga Rp 1.000, Rp 2.000, sampai harga Rp 100 ribu ada kalau benang buat yang adu di atas tuh (tergantung kualitas dan panjang benang per gulung). Kalau (benang) kenuran ada yang Rp 5.000-15.000 paling mahal," terangnya.

Dari sana ia bisa meraup penghasilan hingga sekitar Rp 100 ribu per hari. Kondisi ini sedikit berbeda saat dulu kawasan tersebut masih ramai digunakan sebagai area bermain layangan, di mana ia bisa mendapatkan omzet hingga Rp 300 ribu.

"Kalau sekarang ya dapat Rp 100 ribu saja sudah bersyukur, bersyukur banget masih dapat. Kalau dulu mah enggak, karena yang main banyak. Sehari bisa dapat Rp 300 ribu," ungkapnya.

Namun berdasarkan pengalaman Jali dari tahun ke tahun, jumlah pemain layangan yang datang ke BKT mulai mengalami peningkatan yang cukup drastis saat memasuki pertengahan bulan Ramadan hingga libur Lebaran.

Bahkan saat hari H Lebaran di kawasan ini makin ramai warga yang tidak pulang kampung atau bepergian. Berkat itu Jali berhasil meraup omzet hingga Rp 200-300 ribu

"Nah kalau hari Lebaran, hari H-nya ramai, yang main orang dewasa semua ramai di sini. Mungkin orang nggak ada yang acara silaturahmi nggak ada yang pulang kampung nih, pada main layangan," ungkapnya.

"Yah bisa dapat Rp 300 ribu, Rp 200 ribu dapat. Soalnya pengaruh pohon ini, kita pengaruhnya di pohon doang. Jadi orang main layangannya kurang bebas," kata Jali lagi.

Hal serupa juga disampaikan oleh pedagang bernama Wahyu yang sudah berjualan di kawasan itu sejak 2002 lalu. Sama seperti Jali, sehari-hari Wahyu juga menjual layangan di kisaran harga Rp 1.000 per lembar. Namun ada juga layang-layang yang dijualnya seharga Rp 5.000 per empat lembar dan Rp 5.000 per lima tiga.

Untuk benang kenur dan benang gelasan yang biasa digunakan untuk mengadu layangan berkisar dari Rp 2.000 hingga Rp 80.000/gulungan. Harga benang ini dibedakan berdasarkan kualitas ketajaman benang dan panjang benang per gulung.

Wahyu mengatakan, pelanggan yang bermain di pinggiran BKT sendiri biasanya tidak menghabiskan cukup banyak uang saat bermain layangan. Sebab biasanya mereka sudah memiliki sisa benang dan layangan yang dibeli hari-hari sebelumnya.

Menurutnya pelanggan yang biasa membeli cukup banyak layangan justru adalah mereka yang tidak bermain di kawasan BKT. Sebab para pelanggan ini biasanya akan membeli cukup banyak layangan untuk kemudian dibawa pergi bermain di tempat lain.

"(Penjualan) sama saja, nggak banyak, mereka kan bawa layangan masing-masing. Paling nggak yang nggak bawa layangan baru beli ke sini. Ada sih yang suka main di Cipinang Indah, beli layangan di sini dulu, beli Rp 20.000 langsung main ke sana," terangnya.

Di luar itu, Wahyu mengatakan selama bulan Ramadan ini memang jumlah pemain layangan yang datang di kawasan itu sedikit meningkat dari hari biasanya. Namun peningkatan jumlah pemain layangan ini sangat kecil.

Kecuali di tahun ini saat hari pertama puasa kawasan pinggir BKT ini sempat ramai didatangi para pemain layangan, karena di hari yang sama terdapat libur dan cuti bersama Nyepi. Di luar itu menurutnya peningkatan jumlah pemain layangan yang berkunjung baru terasa setidaknya satu minggu setelah puasa.

"(Jumlah pengunjung) sebenarnya sama saja sih, cuma kemarin hari pertama (puasa) penuh pada buka bersama di sini, sekarang sudah biasa lagi. Misalnya ramai lagi mah setelah seminggu puasa deh ntar pada ngumpul lagi semua. Mulai Senin depan juga pada ramai di sini, kebanyakan pada ngabuburit di sini semua," kata Wahyu.

Dari berjualan layangan ini, sehari-hari Wahyu bisa mendapat omzet Rp 200-300 ribu per hari. Kemudian saat mendekati hari H Lebaran ia bisa membawa pulang paling tinggi Rp 700 ribu.

"Sehari bisa Rp 200-300 ribu sehari, itu selama Ramadan nggak Ramadan sama. Paling Lebarannya baru ramai, pernah sehari tuh dapat Rp 700 ribu dalam sehari," terangnya.




(fdl/fdl)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork