Sejumlah pelaku usaha mengaku bisnisnya mengalami stagnasi atau jalan ditempat. Hal ini diungkapkan langsung Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani dalam acara detikcom Leaders Forum 'Memantau Peluang di Tengah Ketidakpastian Ekonomi', yang didukung oleh PT KB Bank Tbk, PT Bank Central Asia Tbk, dan PT Bank Syariah Indonesia Tbk
Dari survei yang dilakukan ke 2.000 pengusaha, 42% mengaku mengalami stagnasi usaha. Sementara 72% pengusaha mengalami pertumbuhan penjualan yang lambat, yakni kurang dari 5%.
"Dari survei 2.000 perusahaan, di survei jelas-jelas disebutkan memang kondisinya saat ini, pelaku ini masih banyak mengalami penurunan. Jadi kita lihat di sini dari segi angkanya 72% mengatakan mereka masih mengalami pertumbuhan penjualan yang lambat, kurang dari 5%. Lalu 42% mengalami stagnasi," katanya dalam acara tersebut, dikutip Jumat (15/3/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masalah lain yang diungkap pengusaha adalah tingginya biaya transportasi dan logistik. Menurut Shinta ada 68,80% pengusaha yang mengeluhkan hal ini.
"Tapi yang 68,80% menilai biaya transportasi dan logistik tinggi, ini menjadi tantangan infrastruktur," ujar dia.
Sementara itu, 50% pengusaha menganggap angka nilai tukar dan tingginya suku bunga masih tidak kompetitif. Hal ini turut membebani dunia usaha.
"Lebih dari 50% ini menyatakan kondisi nilai tukar, suku bunga masih tidak kompetitif dan menjadi beban. Mereka ini masih terkendala loh," jelas dia.
Sekitar 50% pengusaha juga terkendala oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang terampil untuk Industri. Lalu 64% pengusaha disebut belum mengetahui soal aspek Environmental, Social, and Governance (ESG), padahal ini menjadi tren bisnis ke depan.
(ily/kil)