Begini Siasat Warkop Kuningan Hadapi Si Tukang Utang

Begini Siasat Warkop Kuningan Hadapi Si Tukang Utang

Ilyas Fadilah - detikFinance
Minggu, 17 Mar 2024 20:30 WIB
Warkop Kuningan
Foto: Ilyas Fadilah/detikcom
Jakarta -

Menghadapi konsumen yang kerap utang jadi tantangan bagi pelaku bisnis, termasuk usaha warkop atau warung kopi. Dul, pengelola warkop Kuningan di Tegal Parang, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan mengaku dipusingkan jika menghadapi konsumen yang utang.

Meski mengganggu alokasi uang operasional bisnisnya, Dul mengaku terpaksa memperbolehkan konsumen utang. Pertimbangannya karena banyak konsumen yang sudah lama tinggal di lokasi usahanya, sementara dirinya adalah pendatang.

"Gimana ya kalau namanya usaha, apalagi warkop usaha kecil-kecilan ya. Kalau yang ngutang tuh ada aja. Mau kita nggak boleh, tetep mereka utang. Kan istilahnya kita pendatang mereka lebih lama di sini," katanya saat berbincang dengan detikcom di Jakarta, dikutip Jumat (15/3/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau masalah itu pusing. Soalnya kan kita nargetin buat barang, taruh lah logikanya kalau kita sebagai pedagang nyari perhatian orang, wah warkopnya rame tuh, segala ada. Tapi kan kalau misalkan, wah segala kosong nih, nggak mau dia (konsumen) datang," lanjut Dul.

Ia menjelaskan, jika ada yang utang maka uang belanja untuk warkopnya berkurang. Namun Dul mengaku tak kuasa menolak permintaan konsumen yang utang. Ia hanya memakai siasat khusus untuk menghadapi mereka.

ADVERTISEMENT

Salah satunya adalah menerapkan saldo maksimal per konsumen sebesar Rp 30 ribu. Artinya jika konsumen memiliki utang dengan jumlah tersebut, ia tidak bisa lagi meminta kasbon di warkop Dul.

"(Nolak) Susah, nggak bisa nolak sih. Tapi paling kita pilih-pilih aja, misalkan dia kerja nih, hitung gajian tanggal berapa. Kalau nggak saya caranya gini, mereka boleh ngutang maksimal Rp 30 ribu doang. Pokoknya kalau udah Rp 30 ribu udah nggak bisa utang lagi. Kalau udah bayar baru bisa lagi," ungkapnya.

Senada, penjaga warkop lainnya bernama Farhan mengaku kesal jika menghadapi konsumen yang utang. Pasalnya ia tidak bisa memperoleh pendapatan untuk digunakan belanja barang.

"Suka ada aja (yang utang), banyak. Kadang sampai Rp 200-Rp 300, satu orang itu. Kesel sih, buat belanja nggak ada," curhatnya.

Pria berusia 22 tahun ini juga mengaku tak berani menolak permintaan tersebut. Tapi Farhan menyebut para konsumen yang utang di warkopnya selalu membayar kewajibannya.

"Kalau bilang takut kesinggung atau apa. Nagih 'uang segitu doang ditagih'. Tapi nggak pernah sih kalau sampe gitu, bayar semua cuman lama. Paling lama itu nunggu gajian lah," tuturnya.

Beda nasib dengan Farhan, Dul mengaku pernah mendapat pengalaman kurang enak dari konsumen yang utang. Menurutnya saat ia mencoba menagih, konsumen tersebut menunjukkan respon yang lebih galak.

"Wah banyak (yang tidak bayar). Yang Rp 20 ribu Rp 50 ribu, lewat cuma lewat, cuek aja. Banyak ada yang sampai Rp 100 ribu, Rp 200 ribu, rugi inimah. Kalo nagih malah pada ngamuk. Mau dilawan malah satu lawan satu malah mereka yang keroyokan," tutup dia.

(ily/das)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads