Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melaporkan hasil penerimaan kepabeanan dan cukai per Maret 2024. Kepabeanan dan cukai mencapai Rp 69 triliun, turun hingga 4,5% dibandingkan tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Sri Mulyani mengatakan, penurunan ini utamanya terjadi karena adanya penurunan produksi hasil tembakau. Akibatnya, cukai rokok mengalami penurunan sebesar 7,3%.
"Ini karena produksi (tembakau) November-Desember menurun sebesar 1,7%, dan kebijakan pengendalian konsumsi rokok," kata Sri Mulyani, dalam Konferensi Pers APBN Kita Edisi Bulan April 2024, di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Jumat (26/4/2024).
Sri Mulyani menambahkan, cukai MMEA tumbuh 6,6% yoy sementara etil alkohol tumbuh 16,2% yoy, sejalan dengan pertumbuhan produksi kedua barang kena cukai (BKC) tersebut. Secara keseluruhan, penerimaan cukai RI sampai Maret 2024 turun 6,9%.
Hasil penerimaan kepabeanan dan cukai RI sendiri ditopang oleh tiga komponen, antara lain penerimaan cukai seperti yang telah dijabarkan di atas, lalu bea masuk, dan bea keluar.
Selain komponen penerimaan cukai, pada Maret 2024 ini penerimaan bea masuk juga mengalami penurunan. Menurutnya, salah satu yang mempengaruhi penurunan ini ialah kondisi global yang mengalami guncangan imbas konflik Israel-Iran.
"Bea cukai kita dalam hal ini juga tergambarkan dampaknya dari kondisi global. Bea masuk kita Rp 11,8 triliun atau 20,6%. Bea masuk ini turun 3,8%. Kalau kita lihat tadi kontraksi impor lebih dalam," ujarnya.
Kemudian untuk bea keluar yang mana berhubungan erat dengan ekspor RI, penerimaannya hingga akhir Maret 2024 mencapai Rp 4,2 triliun. Jumlah tersebut naik 37% dari tahun sebelumnya, dan terealisasi sebesar 23,7% dari target 2024.
Sri Mulyani menjelaskan, bea keluar ini terutama dipengaruhi oleh komoditas tembaga dan sawit. Untuk BK tembaga sendiri tumbuh 530,9%, dipengaruhi adanya relaksasi ekspor untuk komoditas tembaga.
"Dan untuk produk sawit, kita mengalami penurunan karena tadi harga sawit (Crude Palm Oil/CPO) masih di bawah yaitu sebesar US$ 787 per metrik ton. Untuk volume sawit juga mengalami penurunan 13,7%," paparnya.
(shc/das)