Sri Mulyani Wanti-wanti Dampak Buruk Konflik Iran Vs Israel

Sri Mulyani Wanti-wanti Dampak Buruk Konflik Iran Vs Israel

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Sabtu, 27 Apr 2024 08:55 WIB
Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengumumkan APBN masih surplus Rp 22,8 triliun per 15 Maret 2024. Pengumuman disampaikan dalam jumpa pers di Gedung Kemenkeu, Jakarta, Senin (25/3/2024).
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat mengumumkan kondisi APBN.Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mewanti-wanti dampak konflik Israel-Iran. Menurutnya, tensi geopolitik global itu berpotensi memperburuk kondisi ekonomi global dan nasional.

Sri Mulyani mengatakan, konflik geopolitik ini menjadi salah satu pokok pembahasan dalam Spring Meetings 2024 IMF-World Bank yang dihadirinya pekan lalu. Hal ini masih dan bahkan menjadi headline dari pembahasan bersama para pemimpin dunia.

"Dunia secara geopolitik tensinya tidak menurun atau justru cenderung meningkat dan ini menciptakan risiko spill over ke perekonomian dunia," kata Sri Mulyani di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Jumat (26/4/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketegangan di Timur Tengah akibat konflik Israel-Iran menurutnya akan memberikan dampak kepada ekonomi secara signifikan. Hal ini baik dari segi peningkatan harga komoditas, nilai tukar mata uang, inflasi, hingga suku bunga global yang dipengaruhi oleh Federal Funds Rate.

"Ketegangan antara Iran-Israel meningkat bahkan terjadi ada military operation terbatas. Meskipun kita tetap berharap dan semoga ini adalah komitmen yang akan dijalankan kedua belah pihak, berusaha menghindarkan perang secara terbuka dan all out. Namun ketegangan itu dan bahkan tempat konflik militer terjadi harus diwaspadai," terang Sri Mulyani.

ADVERTISEMENT

Selain itu Sri Mulyani membeberkan dampak terhadap harga minyak. Harga minyak sempat menembus angka US$ 90 per barel namun kembali terkoreksi di bawah US$ 90 per barel untuk harga minyak Brent. Sekarang posisi terakhir adalah US$ 88 per barel.

"Secara year-to-date (ytd) harga minyak ini 14,3% jadi memang ada kecenderungan perlambatan kenaikan harga minyak antar Januari-Maret, bahkan sampai April ini. Hal ini tidak bisa dipungkiri karena adanya ketegangan geopolitik atau di Timur Tengah," jelasnya.

Begitu pula dengan minyak keluaran WTI, harganya sedikit di bawah Brent namun kecenderungannya sama. Kenaikannya di 17,5% ytd Januari-April 2024. Selain itu, menurutnya RI juga tetap perlu waspada untuk border disruption dari rantai pasok terutama di minyak dan gas karena kondisi di kawasan masih penuh gonjang-ganjing.

"Kecenderungan harga minyak tinggi akan mempengaruhi APBN dan perekonomian kita dan kemudian menyebabkan tekanan inflasi," imbuhnya.

Ekonomi global diramal stagnan di halaman berikutnya. Langsung klik

Tidak hanya harga komoditas, nilai tukar rupiah juga terkena imbasnya. Rupiah sempat tembus Rp 16.200/US$ akibat kebijakan pengetatan suku bunga oleh Bank Sentral AS, Federal Reserve.

"Kondisi global environment dapat disampaikan menyebabkan proyeksi ekonomi dunia cenderung stagnan pada level yang rendah. Dan belum ada faktor yang mendorong gerak untuk tahun 2024," kata Sri Mulyani.

"Market tadinya memiliki harapan penurunan suku bunga bisa terjadi tahun 2024 ini secara beberapa kali. Dengan data terbaru, nampaknya harapan market tidak terpenuhi karena nampaknya Federal akan menjaga policy rate-nya dan mungkin penurunan baru akan terlihat apabila data sisi gross labor maupun inflasi telah pada kondisi yang meyakinkan mereka bisa melakukan adjustment," sambungnya.

Lebih lanjut, ia pun memaparkan proyeksi pertumbuhan ekonomi berdasarkan ramalan International Monetary Fund (IMF). Diprediksi pertumbuhan ekonomi sebesar 3,2%, tak berubah dari kondisi pertumbuhan 2023 yang juga sama 3,2%.

Sedangkan untuk Indonesia sendiri, diproyeksikan pertumbuhannya tetap di level 5,0%. Sementara itu, untuk 2025 Sri Mulyani mengatakan IMF memprediksi ekonomi Indonesia 5,1%.

"Situasi global yang cenderung melemah dan tekanan yang bertubi dari harga komoditas, inflasi, dan suku bunga tentu akan mempengaruhi kinerja seluruh dunia terutama manufaktur. Indonesia masih dalam situasi ekspansif dan pada level yang cukup baik," pungkasnya.


Hide Ads