Tidak hanya harga komoditas, nilai tukar rupiah juga terkena imbasnya. Rupiah sempat tembus Rp 16.200/US$ akibat kebijakan pengetatan suku bunga oleh Bank Sentral AS, Federal Reserve.
"Kondisi global environment dapat disampaikan menyebabkan proyeksi ekonomi dunia cenderung stagnan pada level yang rendah. Dan belum ada faktor yang mendorong gerak untuk tahun 2024," kata Sri Mulyani.
"Market tadinya memiliki harapan penurunan suku bunga bisa terjadi tahun 2024 ini secara beberapa kali. Dengan data terbaru, nampaknya harapan market tidak terpenuhi karena nampaknya Federal akan menjaga policy rate-nya dan mungkin penurunan baru akan terlihat apabila data sisi gross labor maupun inflasi telah pada kondisi yang meyakinkan mereka bisa melakukan adjustment," sambungnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, ia pun memaparkan proyeksi pertumbuhan ekonomi berdasarkan ramalan International Monetary Fund (IMF). Diprediksi pertumbuhan ekonomi sebesar 3,2%, tak berubah dari kondisi pertumbuhan 2023 yang juga sama 3,2%.
Sedangkan untuk Indonesia sendiri, diproyeksikan pertumbuhannya tetap di level 5,0%. Sementara itu, untuk 2025 Sri Mulyani mengatakan IMF memprediksi ekonomi Indonesia 5,1%.
"Situasi global yang cenderung melemah dan tekanan yang bertubi dari harga komoditas, inflasi, dan suku bunga tentu akan mempengaruhi kinerja seluruh dunia terutama manufaktur. Indonesia masih dalam situasi ekspansif dan pada level yang cukup baik," pungkasnya.
(shc/hns)