Siasat Pedagang biar Nggak Banyak Buang Pepaya Busuk

Siasat Pedagang biar Nggak Banyak Buang Pepaya Busuk

Ignacio Geordi Oswaldo - detikFinance
Senin, 29 Apr 2024 15:32 WIB
Pedagang Pasar Induk Buang Pepaya
Foto: Ignacio Geordy Oswaldo
Jakarta -

Para pedagang Pasar Induk Kramat Jati ramai-ramai membuang banyak pepaya karena tak kunjung laku hingga berakhir busuk. Akibatnya ada di antara mereka yang meradang kerugian hingga ratusan juta rupiah.

Untuk mengatasi permasalahan ini, salah seorang pedagang pepaya di kawasan itu bernama Wakid (48) harus menahan pembelian buah dari petani. Dengan begitu, ia bisa menekan jumlah pepaya yang tidak laku terjual di pasar.

"Ya kita kurangin pesan dari petaninya. Karena kan kalau sudah sampai pasar (sudah beli pepaya dari petani) kerugian kita yang tanggung. Kan buat yang baru-baru pas memesan itu sudah kontan (beli lunas), kalau sudah langganan bisa transfer berapa hari setelah sampai (pasar atau laku terjual)," kata Wakid saat ditemui detikcom, Senin (29/4/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau saya sih biasanya bilang ke sana, di sini kurang laku. Kalau ada (stok pepaya yang sudah dipanen) kirim ke (pedagang di pasar lain) yang lain dulu. Kan biasanya mereka (petani) nggak cuma jual ke pasar ini doang," tambahnya.

Wakid mengatakan, dalam satu minggu ia biasa melakukan pembelian pepaya dari petani sebanyak tiga kali. Namun saat ini dirinya hanya melakukan pembelian sebanyak dua kali dalam satu minggu.

ADVERTISEMENT

Selain itu, dalam satu kali pembelian dirinya bisa memesan pepaya sebanyak dua sampai tiga truk. Namun kali ini dirinya hanya menerima satu truk dalam satu kali pembelian.

"Kalau saya sih seminggu biasanya bisa beli tiga kali, sekarang cuma dua kali. Sekali beli bisa dua tiga truk, sekarang paling satu truk. Kalau nggak gitu banyak yang numpuk di sini, jadi BS (busuk), kan kita yang rugi," jelasnya.

Namun jika petani langganannya sudah kebanyakan stok dan tidak memiliki tempat lain untuk menyalurkan hasil panennya, Wakid mengaku bisa menjajakan pepaya yang diterima namun hanya membayar sesuai jumlah yang berhasil terjual.

"Kalau mau dia (petani) bilang dulu ke kita 'dijualin dulu lah di pasar', nanti kita kirim uangnya setelah laku. kan kalau gitu kita enak (bisa membagi kerugian) kalau nggak laku. Pernah sih beberapa kali gitu, tapi nggak sering," ungkap Wakid.

"(Pembagian keuntungan/kerugian berdasarkan) saling percaya saja, kan kalau sudah begitu nggak ada hitam di atas putih. Makanya kalau (penjualan sedang) sepi saya selalu bilang jual ke yang lain dulu saja," tambahnya.

Sama seperti Wakid, pedagang pepaya bernama Fasita (32) harus mengurangi pembelian dari tingkat petani agar stok tidak menumpuk di pasar. Sebab jika pepaya sudah sampai di pasar, kerugian dari buah yang tidak laku dan berakhir busuk harus ditanggung lapak penjual.

Di sisi lain, untuk menguringi jumlah pepaya yang tak laku dan berakhir busuk, Fasita mengatakan mau tak mau dirinya harus berani menjual pepaya dengan harga murah. Terutama untuk pepaya yang sudah sangat matang hingga hampir busuk.

"Kalau yang sudah terlalu matang gitu kan, kalau kita nggak jualnya murah kan, nanti malah kita yang kalah (saing dengan pedagang lain atau tidak laku). Nanti jatuhnya busuk malah terbuang," ungkap Fasita.

Menurutnya paling tidak ia harus bisa menjual pepaya-pepaya itu dengan harga modal untuk mengurangi kerugian. Khususnya untuk pepaya yang sudah hampir rusak atau busuk.

"Pokoknya orang nawar (harga) berapa yaudah langsung kita jadiin (jual) kalau sudah kaya gitu. Ya paling nggak sama kaya harga pas beli (dari petani) lah. Biar nggak rugi-rugi amat," katanya.

"Biasanya sih kalau yang sudah mau rusak gitu biasanya dibeli buat pakan ternak kan, biasanya buat sapi kalau nggak kaya bebek gitu. Kalau masih nggak kejual ya sudah dibuang," terang Fasita lagi.

(fdl/fdl)

Hide Ads