Presiden terpilih Indonesia Prabowo Subianto optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 8% di bawah kepemimpinannya. Dia yakin mampu membawa ekonomi RI mencapai target tersebut dalam waktu 2-3 tahun ke depan.
Cluster CEO, Indonesia and ASEAN Markets (Australia, Brunei and The Philippines) Standard Chartered Bank Indonesia (SCB) Rino Donny Donosepoetro mengatakan Indonesia bisa saja mencapai target besar itu. Hanya saja, ada banyak pekerjaan rumah (PR) yang perlu dibenahi oleh Prabowo.
"Apakah bisa mencapai 8%? Tentu saja bisa tapi PR-nya banyak," kata Donny dalam acara Donny dalam acara Media Roundtable SCB Jakarta, Kamis (16/5/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sederet PR tersebut di antaranya, Indonesia harus menjadi negara yang mempunyai kepastian hukum untuk sektor usaha. Selain itu, dia menyebut harus ada beberapa sektor yang harus ditingkatkan, seperti di sektor minyak hingga sektor makanan.
Hal ini dilakukan agar Indonesia dapat menjadi negara rantai pasok global. Untuk menuju ke sana, Donny menilai memang harus ada kebijakan yang disesuaikan sehingga investasi yang masuk ke Indonesia tetap kondusif.
"Kita bicaranya end to end ya. Misal Tesla pabriknya di Indonesia, dari A sampai Z-nya kan nggak mungkin dari Indonesia semua. Kita bagian mananya yang impor. Kita mesti bikin aturannya," jelasnya.
Dia pun menyambut positif target besar Prabowo. Hanya saja, memang menuju ke sana perlu perbaikan dan peningkatan dalam beberapa hal, mulai dari kemajuan infrastruktur, kepastian hukum, tata kelola investasi, hingga kebijakan fiskal.
Senada, Senior Economist Standard Chartered Bank Indonesia, Aldian Taloputra mengatakan ada sejumlah PR menanti Prabowo apabila ingin mencapai targetnya. Salah satunya, mendorong tingkat konsumsi nasional.
Salah satu faktor penentu tinggi rendahnya konsumsi nasional adalah pendapatan. Hal ini berarti, harus menggaet para investor untuk investasi di Indonesia. Alhasil, dapat membuka lapangan pekerjaan secara besar-besaran.
"Itu artinya, lapangan pekerjaan haru besar. Berarti investasi harus kencang. Kalau investasi kencang, bisnis plan nya, kepastian hukum, ekspor impor akan menjadi milestone," kata Aldian.
Dia menyebut salah satu kunci menarik investor adalah komitmen terhadap perbaikan dan peningkatan. Misalnya, pada masa pandemi, Presiden Jokowi tidak berhenti untuk memperbaiki di beberapa sektor, seperti sektor kesehatan, sektor keuangan, hingga sektor infrastruktur.
"Dan itu salah satu poin penting yang disukai investor. Kebijakan moneternya juga very responsive dalam artian kreatif," imbuhnya.
(das/das)