Menilik Kisah Run Zeng 03 yang Maling Ikan RI dan Dinding Kapal yang Bicara

Menilik Kisah Run Zeng 03 yang Maling Ikan RI dan Dinding Kapal yang Bicara

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Selasa, 04 Jun 2024 17:10 WIB
Menilik Kisah Di Balik Run Zeng 03 dan Dinding Kapal yang Bicara
Menilik Kisah Di Balik Run Zeng 03 dan Dinding Kapal yang Bicara/Foto: Shafira Cendra Arini/detikcom
Tual -

Pengap. Satu kata yang melingkupi suasana Run Zeng 03, kapal asal China yang kini bersandar di Pangkalan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Tual, Maluku.

Dinding bagian dalam kapal itu terlihat usang, menyiratkan seberapa lama kapal ini telah mengarungi lautan. Hal ini didukung dengan aroma kuat yang menyeruak di antara kasur-kasur tingkat, tempat para anak buah kapal (ABK) menghabiskan masa tenangnya.

"Sampai di sini (kapal) kami masuk kamar, (dinding) kamar isinya tulisan. Tulisan yang bicara tentang diskriminasi, bicara tentang keluh kesah ABK yang lama. Dan itu juga mempengaruhi mental sebagian teman," kata Arifin di Pangkalan PSDKP Tual, Maluku, ditulis Selasa (4/6/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Muslih dan Arifin menjadi salah dua saksi dari pengapnya suasana kapal beserta tekanan batin hebat di belakangnya. Keduanya merupakan anak buah kapal (ABK) dari kapal asing asal China itu, yang baru saja ditangkap karena aktivitas penangkapan ikan ilegal atau illegal fishing di Laut Arafura.

Arifin mengatakan, ia dan Muslih menjadi ABK Run Zeng 03 melalui agensi di Pekalongan, Jawa Tengah. Keduanya telah bertahan hidup dan mengadu nasib di kapal tersebut selama dua bulan dengan bermodalkan janji manis perusahaan.

ADVERTISEMENT

"Kita dijanjikan itu nominal Rp 8-11,5 juta saat itu. Dan kita tidak mengetahui kalau kapal ini ilegal, kita tahunya resmi, seperti itu. Tapi setelah kejadian di kapal ini, kita naik ke kapal ini tanggal 6 (Maret), kita mulai langsung bekerja. Itu kok tidak sesuai yang dijanjikan sama mereka," ujarnya.

Menilik Kisah Di Balik Run Zeng 03 dan Dinding Kapal yang BicaraMenilik Kisah Di Balik Run Zeng 03 dan Dinding Kapal yang Bicara Foto: Shafira Cendra Arini/detikcom

Secara keseluruhan, di kapal tersebut total ada 11 ABK asal Indonesia dan 18 asal China. Arifin mengaku, kehidupannya selama berlayar penuh dengan tekanan dan diskriminasi. Misalnya saja tentang makanan, ABK Indonesia diberikan jatah khusus dan dibatasi. Bahkan, ada beberapa kondisi di mana mereka tidak boleh mengonsumsi ikan segar.

"Pas kebetulan saya koki. Itu untuk ayam kan ada karung kiriman pertama, kiriman yang kami bawa itu masih fresh. Kami dipaksa suruh masak ayam yang kiriman pertama dan itu sudah bau. Ikan pun itu kan yang segar masuk ke market mereka. Saya harus cari yang seperti segini, yang kecil-kecil," ujar Muslih.

Menilik Kisah Di Balik Run Zeng 03 dan Dinding Kapal yang BicaraMenilik Kisah Di Balik Run Zeng 03 dan Dinding Kapal yang Bicara Foto: Shafira Cendra Arini/detikcom

"Terus kalau udang sama sekali tidak boleh. Kalau boleh yang sudah keinjak. Ya kami akal-akalan ya kami injak dulu baru kami masak gitu, jadi kan keinjak. Terus beras pun beda, beras China dengan beras kami itu lebih pulen beras China, sambungnya.

Tekanan batin lewat kekerasan fisik pun juga menjadi satu hal yang biasa. Meski demikian, tidak semua ABK China melakukan diskriminasi. Selain itu, 'senjata' lainnya yang kerap digunakan para warga negara asing (WNA) itu apabila kondisi dengan WNI mulai memanas ialah dengan memberikan 'sogokan' roti atau rokok.

ABK Indonesia tak punya pilihan lain. Cek halaman berikutnya.

Simak juga Video: PSDKP Batam Amankan 4 Ton Ikan Impor Ilegal Asal Malaysia

[Gambas:Video 20detik]




Dalam kondisi penuh tekanan dan tuntutan pekerjaan yang besar, sejumlah ABK RI akhirnya memilih untuk menerima 'sogokan' tersebut sebagai cara bertahan hidup. Bagi Muslih pada kala itu, tidak ada pilihan lain.

"Kami pernah bikin video ada dua versi. Diminta di atas untuk menceritakan bahwa orang China baik-baik, makanan oke, ini dan itu. Jujur, kan ada aparat bilang, 'kamu waktu di rekaman di laut tuh, kamu paling ceria. Setelah kamu ketangkap, kamu vokal'. Ya, itu cara saya membela teman-teman dan membela diri saya sendiri. Ketika di kapal, saya mau minta tolong siapa kalau nggak dengan orang China. Setelah kami bikin video, kami dikasih roti dan rokok. Nggak ada duit," tuturnya.

Di samping itu, tempat mereka hidup di kapal tersebut juga terbilang kurang layak. Arifin mengatakan, mereka tidur bersebelas di dalam ruangan berukuran 3,5 x 3,5 meter. Tidak hanya itu, toilet pun sudah tidak bisa difungsikan karena tersumbat karang sehingga mereka harus mencari lokasi lain untuk buang air. Sampah pun juga akhirnya menumpuk di sejumlah titik.

Run Zeng 03 merupakan kapal ikan berkapasitas sekitar 850 gross ton (GT) sehingga kapasitasnya terbilang cukup besar. Selain tidak berizin, kapal ini juga menggunakan trawl atau pukat harimau sebagai alat tangkap. Hal ini juga menjadi salah satu pelanggaran besar lainnya.

Menilik Kisah Di Balik Run Zeng 03 dan Dinding Kapal yang BicaraMenilik Kisah Di Balik Run Zeng 03 dan Dinding Kapal yang Bicara Foto: Shafira Cendra Arini/detikcom

Kondisi lain yang juga menambah beban para ABK ialah penggunaan amonia (NH3) untuk kastorit atau alat pendingin ikan. Muslih menjelaskan, penggunaan amonia ketimbang freon memberikan dampak yang lebih keras terhadap manusia. Bahkan beberapa rekannya ada yang sampai mimisan karena mengurus bagian pendinginan.

"Jadi target mereka ketika ditanya tentang uang, ketika ditanya tentang kepulangan, 'no money. Kamu ke sini, kamu kerja. Jangan tanya uang ke saya'. Itu kan bingung. Akhirnya, ya untuk bertahan kami demo," kata Muslih.

Kondisi pamungkasnya, setelah dua bulan berlayar baik Muslih maupun Arifin belum mendapatkan bayaran atas kerja kerasnya. Adapun berdasarkan kesepakatan terkahir, gaji pokoknya dijanjikan sebesar Rp 2 juta, ditambahkan uang makan Rp 1,5 juta per bulan, dan dapat premi Rp 500 ribu per tahun.

"Setelah sampai sini, kok ternyata pimpinannya orang China semua. Jadi kita mau menuntut gaji kita itu kemana? Sampai kita akhirnya ketangkap pun, sampai hari ini pun kita bingung mau nuntutnya kemana gaji kita itu," ujarnya.

Beban tersebut pun semakin menumpuk dari hari ke hari, hingga akhirnya Run Zeng 03 ditangkap oleh Kapal Pengawas Paus 01 pada 19 Mei lalu. Keduanya tak menyangka bahwa momentum peringkusan itu akan menjadi salah satu momen yang paling membahagiakan.

"Sangat senang, saya sangat senang. Mungkin solusinya ini. Pak, bapak (petugas perikanan) pahlawan saya kamu itu. Kalau ada kejadian seperti ini, kami bisa pulang. Kalau nggak ada, mungkin kami nggak bisa pulang. Terus putar-putar sampai ke Australia, mungkin ke mana dan hilang," kata Muslih, sembari menitikan air mata.

"Pada saat itu sudah jenuh, sudah capek. Bahkan ada yang bilang saya itu gila, orang ditangkap kok bilang, senapan, suara senapan merdu sekali itu. Itu ekspresi kami yang memang, minta tolong, tapi siapa? Bisa pulang pak? Bisa pulang, tapi siapa?," imbuhnya.

Kini, Muslih, Arifin, serta para ABK lainnya masih menetap di Run Zeng 03 selama masa penyidikan. Begitu pula ABK asal China yang juga tinggal di kawasan Pangkalan PSDKP selama penyidikan, namun di lokasi yang berbeda dari para ABK Indonesia.


Hide Ads