Kawasan Kota Tua Jakarta telah lama dikenal akan beragam atraksi wisata edukasi dan sejarah yang ditawarkan. Salah satunya adalah mereka para seniman manusia patung yang memerankan berbagai sosok bersejarah Tanah Air.
Layaknya sebuah patung, para seniman tidak akan berbicara atau bergerak saat wisatawan berkunjung dan berfoto bersama mereka. Meski terlihat hanya meladeni orang yang ingin berfoto, namun ternyata tidak mudah untuk menjadi seorang patung hidup di kawasan Kota Tua.
Hal ini seperti yang disampaikan salah seorang seniman manusia patung di Kota Tua, Yusuf. Ia mengatakan untuk menjadi manusia patung di kawasan itu harus siap menahan bullyan sejumlah pengunjung kawasan wisata tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yusuf yang biasa memerankan sosok wayang Gatotkaca, kerap mendapatkan sindiran dari pengunjung karena melakukan aksi 'melayang' sembari duduk bersila. Padahal aksi tersebut dilakukannya karena sosok Gatotkaca yang memang diceritakan bisa terbang.
"Tujuan kami (menjadi manusia patung) mengedukasi, tapi orang kebanyakan sok tahu akhirnya nge-bully. Kenapa saya bilang sok tahu, 'oh saya tahu tuh triknya (melayang) gini-gini' bahkan sampai pegang tangan. Padahal kan harusnya tidak boleh seperti itu," terang Yusuf saat ditemui detikcom, Kamis (6/6/2024) kemarin.
"Kalau mereka merasa senang ya boleh lah melihat, nggak apa-apa menemani saya berdiri asal kuat. Tapi kan nggak harus nge-bully," ucapnya lagi.
Menanggapi cibiran sejumlah pengunjung itu, Yusuf hanya bisa bersabar dan menahan emosi. Karena biar bagaimanapun ia selalu merasa bahwa profesi yang dilakoninya itu merupakan bagian dari seni pertunjukan harus tetap bisa menghibur masyarakat sekitar.
"Dengan ke-sok tahuan mereka, mereka membully, bukan untuk tujuan baik 'oh saya ini bla-bla-bla'. Ya saya sih maklum, cuma sepanjang mereka tidak jahat ke saya, saya sih fine-fine saja. Tapi kalau mereka sudah mulai kasar dan jahat mungkin manusiawi lah kalau bapak marah. Tapi bapak tetap menjaga nama baik Kota Tua," jelas Yusuf.
Hal serupa juga dialami oleh manusia patung lain bernama Wahyu yang memerankan sosok pahlawan nasional, Jenderal Sudirman. Ia yang juga melakukan aksi melayang kerap merasa di-bully sejumlah pengunjung karena trik yang dilakukannya.
"Wah udah banyak (yang sok tahu dan mengganggu), sering kaya istilahnya ya merasa di-bully saja. Perasaan saya saja sebenarnya, kok pada bully semua, padahal memang begitu (trik melayang yang dilakukan para manusia patung), memang sudah pada tahu tapi kan belum tentu bisa," ujar Wahyu.
Menanggapi hal ini, Wahyu mengaku hanya bisa bersabar dan mengingatkan pengunjung agar tidak melakukan tindakan tersebut. Sebab biar bagaimanapun ia tetap harus menjaga nama baik kawasan wisata Kota Tua Jakarta.
"Ya harus tahan (di-bully), ya kita harus pintar-pintar tahan emosi lah. Nggak boleh kasar (ke pengunjung), ya namanya orang mungkin ingin tahu, ya kita kasih tahu aja kalau ada yang usil-usil begitu," ungkapnya.
Sementara itu, manusia patung lain bernama Eko mengaku tidak sering mendapatkan gangguan dari para pengunjung. Sebab ia yang berperan sebagai sosok Laksamana Maeda tidak melakukan pertunjukan melayang seperti dua manusia patung lainnya.
"Kalau saya beruntung tidak banyak yang ganggu sih, biasanya itu teman-teman yang levitating (melakukan aksi melayang) yang sering diganggu," paparnya.
(rrd/rir)