Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan harga kratom dari Indonesia saat ini mengalami penurunan drastis. Bila awalnya kratom bisa dijual US$ 30 per kilogram, kini harganya cuma US$ 2-5 per kilogram saja.
Menurutnya, karena selama ini kratom tidak diatur tata kelola dan tata niaganya maka komoditas tersebut anjlok harganya. Amran menyinggung banyak sekali kualitas kratom yang buruk dan asal-asalan ditawarkan ke pembeli luar negeri makanya harganya anjlok.
"Dulu harga US$ 30, sekarang jatuh US$ 2-5. Ini jatuh terlalu rendah," beber Amran usai rapat internal soal tata niaga kratom di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Kamis (20/6/2024).
Maka dari itu, pemerintah kini mulai mengatur perdagangan kratom mulai dari tata niaga perdagangannya hingga tata kelola produksinya.
"Kita mau nilai ekonomis dan kualitasnya bisa meningkat karena harga sekarang ini turun drastis karena banyak faktor, kualitas, distribusi, dan seterusnya," kata Amran.
Amran mengaku pemerintah ada rencana untuk menjadikan tanaman kratom sebagai tanaman budidaya. Selama ini, kratom merupakan tanaman hutan yang tidak dibudidayakan. Dengan mengubah kratom jadi tanaman budidaya, pihaknya bakal bisa turun tangan agar proses produksi dan kualitas kratom yang dihasilkan menjadi lebih baik dan nilai ekonomisnya meningkat.
Bila secara regulasi tanaman kratom resmi jadi tanaman budidaya, Kementerian Pertanian bakal melakukan pembinaan dalam bentuk korporasi yang dijalankan koperasi petani.
"Menteri pertanian kami bisa melakukan pembinaan dan dibentuk dalam bentuk korporasi. Koperasi (petani), kita korporasi, sehingga bisa tertata dan kualitas terjamin," kata Amran.
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menambahkan selama ini juga kratom banyak yang ditolak oleh pembeli luar negeri. Hal itu terjadi karena muncul kandungan bakteri dalam kratom.
Maka dari itu dengan membentuk aturan dan standardisasi ekspor kratom, pemerintah ingin menjamin adanya peningkatan mutu kratom dari Indonesia yang mau diekspor ke luar negeri.
"Kita tak mau ada lagi kratom produk Indonesia yang kandung bakteri E.coli, salmonela, logam berat. Karena sudah ada eksportir kita di-reject barangnya, kenapa terjadi? Karena belum diatur tata niaganya dengan baik," lanjut Moeldoko.
Simak juga Video: Pro-Kontra Daun Kratom, Komoditas Petani Kapuas Hulu yang Tuai Kontroversi
(hal/kil)