Zulhas Sebut RI Jadi Eksportir Baja Terbesar ke-4 Dunia

Zulhas Sebut RI Jadi Eksportir Baja Terbesar ke-4 Dunia

Aulia Damayanti - detikFinance
Kamis, 11 Jul 2024 16:41 WIB
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (Zulhas) di Gedung DPR RI, Senin (8/7/2024).
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (Zulhas)/Foto: Aulia Damayanti/detikcom
Jakarta -

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menyebut ekspor dari industri baja nasional menempati posisi terbesar ke-4 dunia. Karena itu, menurutnya industri baja telah memberikan andil besar pada stabilitas perekonomian nasional.

Penegasan itu disampaikan saat memberikan pidato kunci dalam Seminar Nasional dan Pameran Rantai Pasok Konstruksi Baja, serta Rapat Kerja Nasional (Rakernas) III Indonesian Society of Steel Construction (ISSC) di Jakarta, pada Rabu, (10/7) kemarin. Tahun ini, seminar ISSC mengambil tema "Menjadikan Konstruksi Baja Tuan Rumah di Negeri Sendiri".

"Industri besi dan baja Indonesia menempati peringkat ke-4 dunia. Pada 2023 nilai ekspor besi baja kita US$ 26,70 miliar, mengalami peningkatan 261,49% dari tahun 2019 yang tercatat sebesar US$ 7,39 miliar," tegas pria yang akrab disapa Zulhas dalam keterangannya, dikutip Kamis (11/7/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Zulhas mengatakan industri baja menjadi andalan ekspor Indonesia. Selain itu baja juga terus menjadi komoditas pembangunan infrastruktur dan mendorong industri manufaktur di dalam negeri, seperti Ibu Kota Nusantara (IKN).

Zulhas mengungkapkan, pertumbuhan industri dan ekspor besi dan baja Indonesia berkembang sangat pesat pada lima tahun terakhir (2019-2023). Saat ini, Indonesia menempati peringkat ke-4 sebagai negara pengekspor besi dan baja dunia dari sebelumnya peringkat ke-17 pada 2019.

ADVERTISEMENT

Sementara pada 2023, nilai ekspor besi dan baja Indonesia mencapai US$ 26,70 miliar, naik 261,49 persen dari 2019 yang tercatat sebesar US$ 7,39 miliar. Nilai impor besi baja pada 2023 sebesar US$ 11,38 miliar sehingga neraca perdagangan besi dan baja Indonesia pada 2023 mencatatkan surplus US$ 15,32 miliar.

Konsumsi baja nasional, katanya, diperkirakan mencapai 18,3 juta ton atau tumbuh sebesar 5,2 persen pada 2024. Pertumbuhan ini ditopang berbagai kondisi yang menjadi pendorong permintaan baja.

"Indonesia juga gencar mengembangkan infrastruktur dan mendorong industri manufaktur, seperti pembangunan IKN, pembangunan infrastruktur, dan pengembangan industri otomotif. Sedikitnya, terdapat 41 proyek prioritas strategis nasional yang ditargetkan selesai tahun 2024," ungkap Zulhas.

Kinerja ekspor digenjot. Cek halaman berikutnya.

Kemendag melalui berbagai strategi dan kebijakan berkomitmen untuk terus mendukung peningkatan ekspor nasional. Upaya ini di antaranya melalui pembukaan akses pasar luar negeri sebagai 'toll way', yaitu perjanjian perdagangan Free Trade Agreement (FTA), Preferential Trade Agreement (PTA), dan Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) dengan Kanada dan Uni Eropa, serta memperluas pasar nontradisional.

"Di sisi lain, Kemendag terus berupaya melindungi dan mendorong industri baja dalam negeri. Beberapa di antaranya dengan melakukan pembatasan impor untuk produk besi baja tertentu, mendorong kegiatan ekspor yang bernilai tambah melalui hilirisasi produk besi baja, dan melakukan pengawasan impor besi baja sebagai upaya untuk memastikan barang yang beredar sudah sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang ditetapkan," terang Zulhas.

Zulhas juga menyampaikan, industri besi baja Indonesia masih dihadapkan restriksi perdagangan dari negara lain. Beberapa di antaranya seperti pengenaan trade remedies dan kebijakan Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM). Namun, Indonesia memiliki peluang besar untuk mengatasi berbagai hambatan perdagangan tersebut.

Salah satunya, diwujudkan dengan kegiatan pelepasan ekspor produk baja berteknologi tinggi sebanyak 160 ton senilai US$ 195 ribu ke negara tujuan Australia, Kanada, dan Puerto Rico pada Jumat, (21/6) lalu.

"Kolaborasi adalah kunci. Saya harap kita dapat terus bekerja sama dalam menghadapi tantangan- tantangan tersebut. Di tengah melambatnya ekonomi dunia, kalau kita terampil, ada peluang. Di tengah polarisasi, produk Indonesia masih diterima di pasar global," tambah Zulhas.

Usai memberikan pidato kunci, Mendag Zulkifli Hasan meninjau sejumlah stan pameran perusahaan baja Indonesia. Beberapa di antaranya stan PT Krakatau Baja Konstruksi, PT Kencana Maju Bersama, Zinium, PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk, PT Artha Mas Graha Andalan, PT Reka Solusi Arthagraha, serta PT Garuda Yamato Steel.

Turut hadir Dewan Penasihat Indonesian Society of Steel Construction (ISSC) sekaligus Direktur Utama Krakatau Steel Purwono Widodo, Ketua Dewan Pengawas ISSC Ken Pangestu, dan Ketual Umum ISSC Budi Harta Winata.

Halaman 3 dari 2
(ada/ara)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads