Terungkap! Ini Penyebab Harga Cabai Rawit Merah Tembus Rp 100.000/Kg

Terungkap! Ini Penyebab Harga Cabai Rawit Merah Tembus Rp 100.000/Kg

Anisa Indraini - detikFinance
Minggu, 28 Jul 2024 13:09 WIB
Pedagang memilah cabai rawit yang dijual di Pasar Senen, Jakarta, Selasa (21/5/2024). Menurut panel harga pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas), harga sejumlah komoditas pangan terpantau masih mengalami tren kenaikan seperti cabai rawit merah masih naik 2,89 persen dengan harga Rp45.280 per kilogramnya. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/aww.
Pedagang cabai - Foto: Antara Foto/M Risyal Hidayat/
Jakarta -

Badan Pangan Nasional (Bapanas) membeberkan penyebab harga cabai rawit merah semakin mahal di pasaran. Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) mengungkap harganya kini telah tembus Rp 90.000 sampai Rp 100.000 per kilogram (kg).

Kepala Bapanas Arief Prasetyo mengatakan penyebab mahalnya harga cabai rawit karena jumlah panen di beberapa daerah yang menurun. Untuk itu, pihaknya memberikan solusi dengan memfasilitasi distribusi dari beberapa daerah yang produksinya tinggi.

"Kalau cabai, produk-produk hortikultura itu challenge-nya sebenarnya adalah kalau panennya shortage, maka harga akan tinggi. Sehingga salah satu solusinya adalah memfasilitasi distribusi dari beberapa daerah yang memang masih produksinya tinggi," kata Arief dalam acara Festival Pangan Nusantara di Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Minggu (28/7/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Arief menginginkan agar ke depan beberapa produk hortikultura bisa memiliki umur simpan (savelife) yang lebih panjang. Pihaknya mengaku akan mengatur produksi cabai bersama stakeholder khususnya Kementerian Pertanian (Kementan).

"Yang paling benar adalah kita atur produksi bersama Mentan khususnya Dirjen Hortikultura kalau untuk cabai. Bapanas tidak bisa berdiri sendiri, tapi bersama seluruh stakeholder," ucapnya.

ADVERTISEMENT

Sebelumnya, Kementan mengungkap saat ini pasokan cabai rawit merah memang tengah turun dibanding bulan sebelumnya. Hal ini disebabkan karena kekeringan yang terjadi di sejumlah sentra produksi cabai, sehingga menurunkan hasil produksi.

"Tugas Kementan terhadap permasalahan yaitu meningkatnya harga cabai rawit. Ini memang di bulan Juli produksi sedikit menurun jika dibandingkan Juni sehingga tentu saat ini sudah terjadi kekurangan pasokan ke pasar karena produksi menurun," kata Direktur Perbenihan Hortikultura Kementan, Inti Pertiwi Nashawari dalam rapat koordinasi inflasi yang disiarkan melalui YouTube Kemendagri RI, Selasa (23/7).

Dalam catatannya, produksi cabai rawit merah pada Juli 2024 sebanyak 125.036 ton, sementara Juni 2024 ada 138.784 ton. Penurunan hasil produksi ini terjadi karena kekeringan yang melanda sejumlah daerah penghasil cabai.

Dia mencatat, di Kabupaten Lamongan pada Mei-Juni 2024 tidak ada hujan sehingga kondisi pertanaman mengalami kekeringan karena kekurangan air hampir 90%. Kondisi serupa juga terjadi di Kabupaten Tuban, pertanaman di Kecamatan Regel dan Kecamatan Grabagan di mana kondisi lahan berbatu kapur. Kawasan itu disebut hampir 95% pertanaman telah rusak dan produksi turun 4 juta sampai 3,5 juta ton per hektare (ha).

Sementara di Kabupaten Kediri, pertanaman memasuki masa akhir panen, namun produksi juga telah mengalami penurunan akibat kekeringan yang terjadi sejak Mei 2024. Kementan menemukan 90% tanaman sudah layu akibat terserang jamur, bahkan beberapa sudah dibongkar oleh petani.

(kil/kil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads