Blak-blakan Mentan soal Proyek Cetak Sawah 3 Juta Ha

Aulia Damayanti - detikFinance
Senin, 16 Sep 2024 10:22 WIB
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman (Foto: Dok. Kementerian Pertanian)
Jakarta -

Pemerintah berencana membuat proyek strategis nasional, mencetak dan optimalisasi 3 juta hektare (Ha) lahan sawah. Proyek itu tercipta bukan tanpa alasan.

Salah satu pendorongnya adalah tejadi penurunan jumlah lahan pertanian di Indonesia. Selain itu, pertumbuhan penduduk Indonesia terus bertambah setiap tahunnya.

Penambahan penduduk tentu akan meningkatkan kebutuhan pangan di Indonesia. Lantas seberapa efektif proyek yang juga masuk dalam Program Quick Wins Presiden Terpilih Prabowo Subianto tersebut?

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman buka-bukaan pembangunan proyek tersebut hingga Indonesia mencapai cita-cita swasembada pangan.

Bulan depan Pak Amran sudah satu tahun kembali ke kabinet, rasanya gimana Pak kembali lagi ke kabinet dan sudah setahun berlalu?

Wah, ini asik nih. Jadi, setelah 1 tahun ya, setelah dulu 5 tahun, Alhamdulillah kita bisa swasembada 3 kali, 4 kali malah. Dan itu dapat penghargaan kemarin dari FAO (Food and Agriculture Organization). Ini penghargaan tertinggi untuk food security. Ini kenangan lalu, ini kan akumulasi nih.

Itu ada kebahagiaan tersendiri bagi teman-teman pertanian dan petani seluruh Indonesia. Yang membanggakan adalah karena presiden kita mengatakan inilah medalin untuk petani Indonesia, setelah 40 tahun, baru kita dapat.

Kemudian kembali 1 tahun, tantangannya semakin berat. Ada El Nino internal di dalam, ada El Nino di luar.

Jadi dari eksternal dan internal ada badai?

Ada badai, dua-duanya. Kalau dulu kan badainya satu nih, El Nino pernah ada dulu, El Nino dan kekeringan, itu eksternal. Ini El Nino-nya di luar keras, tegas banget, sekarang ada El Nino internal, ini sangat menentang. Tapi kita tidak mau menyerah, kita mencoba untuk memitigasi segala risiko yang akan terjadi.

Menuju ke swasembada berikutnya, salah satu yang disiapkan oleh Kementerian Pertanian adalah cetak sawah. Ini bedanya apa dengan program lainnya, termasuk food estate?

Oh gini, kalau kita cerita swasembada, itu harus pendekatannya holistik, tidak bisa parsial. Pertama, benih unggul, irigasi diperbaiki, tidak ada air, tidak ada kehidupan. Kemudian, transformasi pertanian tradisional menjadi teknologi modern, kemudian intensifikasi. Intensifikasi itu ada pompa, ada benih unggul, macam-macam, sehingga meningkatkan IP indeks pertanaman, dulu tanam satu kali, daerah kering satu kali menjadi dua kali, tiga kali, kemudian cetak sawah

Nah lima ini, kita harus lakukan secara paralel. Tidak bisa berdiri sendiri, harus holistik, dari hulu hilir harus diperbaiki. Jadi nggak bisa berdiri sendiri.

Cetak sawah ini tiga juta hektare (Ha), memang sekarang kondisi pertanian Indonesia seperti apa sampai harus cetak sawah baru? Apakah ada penurunan lahan atau seperti apa?

Gini, kenapa harus ada cetak sawah? Tiap tahun ada pertambahan penduduk 3,5 juta. Selama 10 tahun artinya pertambahan 35 juta. Iya kan? Nah ini yang harus dipersiapkan pangannya, setiap kelahiran ini harus disiapkan pangannya untuk Indonesia, sehingga, harus cetak sawah.

Ada dua strategi intensifikasi strategi dengan ekstensifikasi. Intensifikasi tadi, benih unggul, perbaiki irigasi, pompanisasi, optimalisasi lahan, menggunakan mekanisasi pertanian. Nah ini intensifikasi.

Ekstensifikasi adalah cetak sawah. Dengan menggunakan pertanian modern. Nah itu strategi kita. Untuk, kenapa harus cetak sawah? Penduduk kita, tiap tahun bertambah 3 juta (jiwa) sampai 3,5 juta (jiwa). Nah ini harus dipersiapkan pangannya.

Jangan nanti, 5 tahun, 10 tahun kesulitan lagi, ini menjadi persoalan tahunan. Nah untuk menyelesaikan persoalan ini, kita tanam, cetak sawah 3 juta. Mungkin 3 tahun, 4 tahun, selesai 3 juta itu sudah luar biasa.

3 juta ha itu dalam 3 sampai 4 tahun ke depan?

Iya, kalau bisa 3 juta.

Setelah 3 juta hektar lahan sawah tercetak baru, kemudian apa end objektifnya setelah 3 tahun?

Jadi gini, kalau kita 3 juta (Ha), produksi saja. Nggak usah dulu, 1 juta (Ha) dulu. Kalau 1 juta (Ha), tanam 2 kali saja, 5 ton, average national, berarti 10 juta (ton) kan? Kali rendemen 5,5 (ton) berarti 5,5 juta ton. Artinya persoalan yang shortage kemarin 4 juta (ton), 3 juta (ton) sudah selesai kan?

Enggak ada impor lagi harusnya?

Iya. Jadi kalau 3 juta mempersiapkan untuk generasi kita berikutnya. Tetapi kan tidak langsung sempurna. Produksinya biasanya produksi awal 3 ton, 4 ton. Tapi sudah pasti kita bisa menutupi defisit selama ini. Itu pasti.

Jadi tidak serta-merta, misalnya tahun pertama 1 juta hektare, kemudian itu juga langsung di tahun yang sama bisa menutupi shortage tadi?

Oh nggak-nggak. Yang biasa langsung pertama produksinya 2 ton, 3 ton per hektare, menuju 5 ton, 6 ton, 7 ton. Itu kan tanahnya butuh penyesuaian.

Lahannya di mana aja Pak?

Yang kita Marauke, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Sumatera Selatan.

Itu lahan punya siapa?

Itu punya rakyat. Jadi kita kerjakan rakyat, milik rakyat. Yang Kalimantan Tengah, jadi petaninya senang banget kan.

Lanjut ke halaman berikutnya




(ada/das)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork