Jokowi Tepis Bank Dunia soal Kesejahteraan Petani RI di Bawah Rata-rata

Jokowi Tepis Bank Dunia soal Kesejahteraan Petani RI di Bawah Rata-rata

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Kamis, 26 Sep 2024 11:20 WIB
Presiden Joko Widodo (Jokowi) Groundbreaking Sekolah di IKN, Rabu (25/9/2024).
Presiden Joko Widodo - Foto: Dok. YouTube Sekretariat Presiden
Jakarta -

Bank Dunia (World Bank) menyoroti kesejahteraan petani Indonesia yang dinilai masih di bawah rata-rata. Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun menanggapi hal tersebut, menurutnya pemerintah sudah melakukan banyak hal untuk mempertahankan kesejahteraan petani.

Salah satunya adalah mengatur harga gabah di tingkat petani. Gabah sendiri menjadi olahan terakhir di tingkat petani sebelum diproses jadi beras. Menjaga harga gabah, dinilai Jokowi, dapat juga menjaga daya beli petani, hal itu dapat dilihat dari skor nilai tukar petani (NTP).

Sejauh ini, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat NTP per Agustus 2024 mencapai 119,85 poin naik 0,20% dari bulan sebelumnya. NTP yang naik terjadi karena indeks harga yang diterima petani naik 0,08% dan indeks harga yang dibayar petani turun 0,12%.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau harga gabah baik mestinya nilai tukar petani Juga baik kalau ta ada distorsi di lapangan," ungkap Jokowi usai meninjau Gudang Bulog di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, Kamis (26/9/2024).

Eks Gubernur DKI Jakarta itu juga mengatakan sampai saat ini pemerintah juga sudah menjaga harga gabah. Badan Pangan Nasional (Bapanas) sudah menetapkan harga acuan gabah di level Rp 6.000 per kilogram.

ADVERTISEMENT

"Dicek aja di lapangan, cek di petani, harga gabah berapa, dulu berapa? Hanya Rp 4.200 sekarang Rp 6.000. Itu gabah, dari situ aja kelihatan. Nilai Tukar Petani aja dicek di lapangan," beber Jokowi.

Sebelumnya, Country Director for Indonesia and Timor-Leste, World Bank, Carolyn Turk menyoroti kesejahteraan petani di Indonesia.

Dalam Indonesia International Rice Conference (IIRC), di The Westin Resort Nusa Dua, Bali, Kamis (19/9/2024) yang lalu dia memaparkan pendapatan petani disebut di bawah US$ 1 per hari atau setara Rp 15.207.

Artinya dalam setahun diperkirakan pendapatan petani hanya berkisar di bawah US$ 341 setara Rp 5 juta. Jumlah ini bahkan jauh lebih kecil daripada pendapatan per kapita Indonesia di 2023 yang mencapai Rp 75 juta per tahun.

"Yang kita lihat adalah bahwa pendapatan banyak petani marjinal sering kali jauh di bawah upah minimum, bahkan sering kali berada di bawah garis kemiskinan. Menurut Survei Terpadu Pertanian 2021, yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik, pendapatan rata-rata petani kecil kurang dari US$ 1 sehari atau US$ 341 setahun," ungkap Carolyn Turk.

(hal/kil)