Tol Laut Sudah Punya 39 Trayek, Mau Ditambah Lagi?

Tol Laut Sudah Punya 39 Trayek, Mau Ditambah Lagi?

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Senin, 30 Sep 2024 16:38 WIB
Pemerintah menata distribusi pengangkutan sapi dengan menggunakan kapal dari Nusa Tenggara Timur. Kapal yang mengangkut ratusan ekor sapi tersebut telah tiba di Jakarta hari ini. Hasan Alhabshy/detikcom
Tol Laut/Foto: Hasan Alhabshy
Jakarta -

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi buka-bukaan masa depan program Tol Laut. Program ini dimulai sejak 2015 untuk mengurangi disparitas harga di Indonesia.

Awalnya program Tol Laut hanya terdiri 11 trayek saja, kini setelah hampir satu dekade jangkauannya makin luas hingga 39 trayek. Dari data Direktorat Jenderal (Ditjen) Perhubungan Laut, 39 trayek meliputi 115 pelabuhan yang menjangkau 91 kabupaten dan kota, serta menghubungkan 24 provinsi di Indonesia.

Budi Karya menilai, Tol Laut menjadi program yang tidak akan ada habisnya. Menurutnya, secara bertahap pemerintah akan terus mengoptimalkan titik singgah dari Tol Laut. Kemungkinan 39 trayek bisa saja bertambah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sekarang 39, tapi ini berada di titik belum paling ujung. Saat kapal berjalan masih ada daerah yang belum disinggahi. Kita maksimalkan titik-titik itu dari 39 di antaranya bisa buat satu jumlah titik singgah yang signifikan," ungkap Budi Karya dalam diskusi FMB 9 yang disiarkan virtual, Senin (30/9/2024).

Di sisi lain, beberapa trayek Tol Laut sudah mulai ada yang menjadi kawasan komersial dan subsidinya bisa dikurangi, misalnya di Kupang dan Maumere. Subsidi yang berkurang itu bisa diarahkan ke daerah yang masih butuh disinggahi Tol Laut.

ADVERTISEMENT

Subsidi angkutan Tol Laut diberikan ke daerah yang volume bongkar muat logistiknya masih sedikit. Subsidi tersebut diharapkan memicu perekonomian daerah, sehingga volume logistiknya bisa bertambah dan bisa beroperasi komersial tanpa subsidi.

"Kupang ada sekarang sudah mulai komersial, dananya itu kita bisa pakai ke tempat lain. Maumere juga sama, tinggal 1 kontainer aja paling kalau nitip. Kita ini dananya bisa diberikan ke tempat ke lain yang membutuhkan dan titik singgah ditambah," tutur Budi Karya.

Skema hub and spoke di halaman berikutnya.

Skema Hub and Spoke

Budi Karya mengatakan, pihaknya sedang mengkaji skema hub and spoke untuk alur pelayaran barang. Skema ini dinilai dapat memberikan jangkauan yang lebih baik untuk alur logistik ke berbagai daerah.

Jadi, pemerintah akan membuat beberapa daerah menjadi hub atau pusat pengiriman logistik. Pemerintah akan membuka jalur pelayaran ke hub tersebut sebagai jalur komersial menggunakan kapal besar.

Nah, barang-barang dari hub itu akan diangkut lagi ke wilayah lain yang menjadi spoke. Nah, daerah yang terpencil bisa dijadikan sebagai spoke, pengangkutan akan menggunakan kapal yang lebih kecil namun bisa lebih banyak intensitasnya. Kapal-kapal kecil ini akan disubsidi operasionalnya.

"Kita mulai bicarakan skema hub and spoke, jadi hub-nya itu dengan kapal besar tapi titik tertentu jadi komersial. Dari hub itu akan diberangkatkan ke tempat yang kecil, misal Kupang, Ambon, Ternate, Mentawai, dan sebagainya," ungkap Budi Karya.

Dengan skema ini pengiriman barang bisa menjadi lebih efisien dan lebih cepat. Bila menggunakan Tol Laut dari Jakarta dan kota besar lainnya, ke daerah terpencil di Indonesia bisa 7-10 hari. Namun, dengan skema hub and spoke, kapal yang mengambil barang dari hub ke wilayah yang menjadi spoke bisa cuma 2-3 hari saja.

"Dengan ini jadi komersial maka trayek akan banyak tapi pendek, misal dari Kupang, ke Sumbawa dengan kapal kecil kapalnya kapal RORO, sehingga bisa menuju titik end dengan cepat. Jadi spoke-nya itu cuma 2-3 hari," beber Budi Karya.


Hide Ads