Makin Banyak Negara Terapkan Larangan Ekspor Pangan

Rista Rama Dhany - detikFinance
Senin, 07 Okt 2024 15:36 WIB
Foto: dok. Kementerian Pertanian
Jakarta -

Dunia mulai mengarah pada krisis pangan global, apalagi setelah invasi Rusia ke Ukraina banyak negara memperketat kebijakan perdagangannya dengan melakukan larangan ekspor sejumalah bahan pangan.

Mengutip data Food Security Update Edisi September 2024 dari World Bank (Bank Dunia), sudah ada 16 negara menerapkan 22 larangan ekspor pangan, dan 8 negara telah menerapkan 15 tindakan pembatasan ekspor.

"Krisis pangan global sebagian diperburuk oleh meningkatnya jumlah pembatasan perdagangan pangan dan pupuk yang diberlakukan oleh berbagai negara dengan tujuan meningkatkan pasokan domestik dan menurunkan harga. Hingga September 2024, 16 negara telah menerapkan 22 larangan ekspor pangan, dan 8 negara telah menerapkan 15 tindakan pembatasan ekspor," tulis Bank Dunia, dikutip Senin (7/10/2024).

Sementara itu, berdasarkan laporan Euromonitor dalam Agrochemical Industry in Indonesia, mencatat bahwa kebutuhan bahan baku pestisida Indonesia tergolong tinggi. Dalam periode antara tahun 2019-2023 nilai impor bahan baku pestisida utamanya produk karbamasi seperti Methomyl, Carbofuran, Carbosulfran, Carbaryl dan Buthyl Penyl, Methyl Carbamate (BPMC) tumbuh sebesar 2,8 persen hingga mencapai Rp8 triliun pada tahun 2023.

Pada periode 2021-2022 harga bahan baku tersebut mengalami peningkatan yang disebabkan oleh gangguan rantai pasok, peningkatan biaya produksi dan logistik akibat kapasitas produksi yang belum sepenuhnya pulih pasca pandemi COVID-19.

Demikian halnya dengan bahan baku pupuk, laporan Euromonitor menyebutkan bahwa selama periode peninjauan nilai impor bahan baku pupuk Indonesia tumbuh kuat sebesar 7,4 persen dengan nilai mencapai Rp30,2 triliun pada tahun 2023 serta juga mengalami peningkatan harga pada 2021-2022 seiring dengan belum optimalnya produksi dan prioritas pemenuhan kebutuhan dalam negeri negara-negara produsen seperti Tingkok, Kanada, Rusia, Belarusia dan Jerman. Meski demikian harga pupuk pada 2023 mengalami penurunan yang disebabkan oleh rendahnya permintaan akibat El Nino.

Berdasarkan Global Food Security Index 2022, Indonesia memperoleh skor yang baik dalam aspek keterjangkauan pangan namun masih terdapat pekerjaan rumah dari aspek ketersediaan pangan untuk berbagai indikator seperti kecukupan pangan, penelitian dan pengembangan dan akses terhadap agro input.

Salah satu faktor yang dikhawatirkan adalah kesiapan industri dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan produk agro input dalam skala besar.

Salah satu Perusahaan Agro Input Nasional yaitu PT Delta Giri Wacana (DGW Group) telah melakukan upaya penguatan bisnis dengan meningkatkan kapabilitas dan kapasitas produksinya. Untuk mengurangi ketergantungan pada bahan baku impor serta meningkatkan kontribusi bauran bahan baku non impornya, DGW Group membangun pabrik karbamasi dengan kapasitas produksi 3.300 ton per tahun di tiga tahun pertama serta meningkat hingga mencapai 7.000 ton per tahun.

Hal ini tidak hanya memungkinkan DGW Group untuk memenuhi kebutuhan produksi internalnya bahkan juga untuk memenuhi kebutuhan pasar pestisida domestik serta membuka kesempatan untuk ekspor.

Pada segmen pupuk, Pemerintah Indonesia juga tengah mengupayakan pengurangan ketergantungan terhadap produk impor. Baru-baru ini Presiden Joko Widodo meresmikan pabrik amonium nitrat. Fasilitas produksi tersebut bertujuan untuk mengurangi jumlah impor amonium nitrat yang mencapai 21 persen dari total kebutuhan industri.

Upaya DGW Group dalam mengurangi ketergantungan bahan baku impor direalisasikan dari kemampuan untuk memenuhi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang tinggi pada produk-produk agro input-nya. Sehingga hal tersebut sejalan dengan upaya bisnis DGW Group untuk mengoptimalkan pasar domestik.




(rrd/rir)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork