Pengelolaan sampah organik menjadi salah satu tantangan besar bagi masyarakat, salah satunya di RW 08 Perumahan Pabuaran Asri, Kelurahan Pabuaran Mekar. Dengan 6.215 kilogram sampah organik rumah tangga setiap bulannya, pengelolaan limbah yang efektif tidak hanya penting untuk menjaga lingkungan tetapi juga dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat setempat.
Untuk mengatasi hal ini, tim dari Universitas Jayabaya yang dipimpin Mubarokah Nuriaini Dewi, melalui hibah Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) DRTPM KEMENDIKBUD Tahun 2024, menggandeng Bank Sampah Garuda Bersatu dalam sebuah program kolaboratif. Program ini bertujuan mengembangkan kapasitas produksi, manajemen, serta pemasaran pupuk cair organik yang berasal dari sampah rumah tangga.
Program ini tidak hanya berhasil mengurangi jumlah sampah organik yang terbuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA), tetapi juga memberikan dampak ekonomi positif. Melalui pelatihan yang melibatkan 22 pengurus dan 140 anggota Bank Sampah, masyarakat kini lebih terampil dalam memproduksi pupuk cair organik. Rata-rata setiap siklus pengolahan menghasilkan 10-15 kg pupuk cair dari 47 unit komposter yang diberikan.
"Pendapatan warga meningkat secara signifikan dari hasil penjualan pupuk cair organik. Lebih dari itu, masyarakat juga mendapatkan keterampilan baru dalam mengolah limbah fermentasi menjadi media tanam yang bernilai ekonomi tinggi," kata Mubarokah dalam keterangan resminya, Selasa (17/12/2024).
Dalam aspek pemasaran, pelatihan strategi digital yang mencakup branding, pembuatan logo, serta penggunaan platform e-commerce seperti Shopee dan Tokopedia, telah memperluas jangkauan produk ke pasar yang lebih luas. Media sosial seperti Instagram dan Facebook juga dimanfaatkan untuk meningkatkan visibilitas produk.
Branding yang kuat dan strategi promosi online memungkinkan masyarakat RW 08 untuk tidak hanya menjual produk secara lokal, tetapi juga menjangkau konsumen di luar wilayah mereka.
Kesuksesan program ini menunjukkan bahwa pengelolaan sampah organik dapat menjadi solusi komprehensif untuk masalah lingkungan sekaligus membuka peluang ekonomi.
Namun, upaya lebih lanjut diperlukan untuk meningkatkan skala produksi dan memperkuat strategi pemasaran agar produk pupuk cair organik dari RW 08 dapat menjadi model bisnis berkelanjutan.
Dukungan dari pemerintah, sektor swasta, dan komunitas diharapkan dapat memperluas dampak positif ini, serta menjadikan pengelolaan sampah berbasis komunitas sebagai inspirasi bagi wilayah lain di Indonesia.
(fdl/fdl)