Ancaman Donald Trump
Di sisi lain, saat ini Amerika Serikat (AS) sebagai empunya mata uang dolar mulai berang dengan gerakan dedolarisasi yang disuarakan BRICS. Presiden AS terpilih Donald Trump pun sudah menebar ancaman soal upaya pengurangan penggunaan Dolar.
Dalam catatan detikcom, Trump meminta negara-negara dalam BRICS tidak menciptakan mata uang baru ataupun membuat gerakan yang melemahkan dolar AS. Jika permintaan tersebut tidak didengar, Trump berjanji akan memberikan sanksi perdagangan kepada semua negara BRICS.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia memberikan ultimatum akan menerapkan tarif impor hingga 100% pada produk-produk ekspor negara BRICS selama dirinya menjabat sebagai presiden.
"Kami meminta komitmen dari negara-negara BRICS bahwa mereka tidak akan menciptakan mata uang baru, atau mendukung mata uang lain untuk menggantikan Dolar AS. Bila tidak mereka akan menghadapi tarif 100% dan harus mengucapkan selamat tinggal pada penjualan komoditas ke pasar AS," tulis Trump di Truth Social, dikutip dari CNN, Senin (2/12/2024)yang lalu.
Mari Elka mengaku tak khawatir dengan ancaman Trump soal upaya dedolarisasi. Dia menilai upaya menggunakan mata uang selain dolar AS menjadi hak berbagai negara, termasuk Indonesia, ataupun negara-negara BRICS.
Selama ini upaya Indonesia menggunakan mata uang lokal dalam perdagangan lintas negara pun tak pernah mendapatkan protes dari manapun. Urusan pemilihan mata uang, semua menjadi hak masing-masing negara.
"Itu kan istilahnya hak negara ya.Kita mau melakukan transaksi.Sekarang pun kita kan sudah punya sistem untuk bisa langsung. Kalau kita berdagang dengan Tiongkok itu sudah ada sistemnya, dan Malaysia juga punya sistem itu.Jadi sebetulnya selama ini belum ada yang protes ya bahwa kita melakukan itu," papar Mari Elka.
Baca juga: Apa Untungnya Indonesia Gabung BRICS? |
Mari bahkan percaya, upaya keluar dari dominasi dolar AS akan menjadi tren baru di dunia keuangan internasional. Hanya saja memang saat ini dominasi dolar AS masih dinilai sangat kuat.
"Dan saya rasa itu suatu perkembangan dalam dunia international finance yang memang akan terjadi lambat laun, tapi orang masih melihat bahwa dolar untuk sementara masih akan dominan," kata Mari.
Soal bergabungnya Indonesia dengan BRICS seharusnya tak perlu ada yang dikhawatirkan apalagi dengan adanya ancaman dari Trump. Menurutnya, Indonesia menganut politik bebas aktif, kerja sama bisa dilakukan dengan berbagai pihak.
"Tidak harus khawatir karena kita kan bebas aktif ya. Kita boleh kerja sama dengan berbagai pihak dan kita tidak mengganggu kepentingan AS dalam hal ini, malah bisa menjembatani," pungkas Mari.
(hal/ara)