Pemerintah Kejar Ekonomi RI Tumbuh 8%, Apa yang Harus Diperhatikan?

Pemerintah Kejar Ekonomi RI Tumbuh 8%, Apa yang Harus Diperhatikan?

Ignacio Geordi Oswaldo - detikFinance
Kamis, 13 Feb 2025 09:17 WIB
Anak-anak tengah bermain dengan latar belakang gedung pencakar langit di Jakarta, Jumat (7/2/2025). Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2024 masih loyo.Hal ini terlihat dari realisasi ekonomi Indonesia sepanjang 2024 yang tumbuh 5,03%, melambat jika dibandingkan 2023 sebesar 5,05%.
Foto: Andhika Prasetia
Jakarta -

Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 8% pada 2029. Seiring dengan target tersebut, pemerintah juga melakukan efisiensi anggaran hingga Rp 306 triliun.

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Esther Sri Astuti mengatakan, tidak ada negara yang dapat mencapai status negara maju apabila masih terjebak dalam Middle-Income Trap. Menurutnya pemerintah perlu mengelola anggaran belanja dengan tepat.

"Belanja pemerintah (government expenditure) perlu dikelola dengan cermat agar tidak menciptakan kerentanan terhadap pertumbuhan ekonomi di masa depan," ujar Esther dalam diskusi "Pertumbuhan Ekonomi 8%: Utopis atau Realistis?" di Jakarta, Rabu kemarin.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara itu, Direktur Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Mohammad Faisal berpendapat, pertumbuhan ekonomi di atas 5%, bahkan mencapai 8% masih memungkinkan dengan syarat adanya terobosan dan akselerasi yang signifikan.

Menurutnya untuk mencapai angka tersebut, pemerintah perlu meningkatkan kualitas sumber daya manusia, kesiapan infrastruktur, dan pengelolaan program prioritas yang baik.

ADVERTISEMENT

"Efisiensi memang diperlukan untuk meminimalisir potensi mark-up anggaran, namun perlu kehati-hatian dalam penerapannya agar tidak menghambat kinerja pemerintah," katanya.

Menyikapi pandangan tersebut, Deputi Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO), M. Isra Ramli menegaskan, penambahan jumlah kementerian dalam kabinet tidak serta-merta menyebabkan pemborosan.

Menurutnya, saat ini terdapat 48 kementerian dari sebelumnya 34. Namun, hal ini tidak lantas menjadi beban anggaran. Pasalnya, efisiensi yang dilakukan justru bertujuan untuk menghapus program-program yang tidak memberikan manfaat langsung bagi rakyat.

"Penghematan anggaran justru sangat diperlukan mengingat adanya anomali dalam realisasi anggaran di beberapa kementerian," ujarnya.

Simak juga Video 'CT Sarankan Sektor Riil Diikutsertakan dalam Bauran Kebijakan Ekonomi RI':

Isra Ramli menegaskan, efisiensi yang dilakukan pemerintah ini dapat berdampak pada pengusaha yang selama ini mendapatkan proyek dari kementerian yang tidak berjalan secara efektif.

Menurutnya, perdebatan mengenai efisiensi anggaran dan strategi pertumbuhan ekonomi ini menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah harus dilakukan dengan keseimbangan yang tepat.

"Di satu sisi, efisiensi menjadi langkah penting untuk menjaga kredibilitas fiskal. Namun, di sisi lain, pemerintah juga harus memastikan bahwa pemangkasan anggaran tidak menghambat program strategis yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan," tukasnya.

Sekjend Pimpinan Pusat (PP) Hima Persis, Hafidh Fadhlurrohman berpandangan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen perlu memperhatikan beberapa hal penting, yakni industrialisasi manufaktur, efisiensi proses investasi, serta produktivitas tenaga kerja.

Menurutnya tata kelola pemerintahan juga harus berjalan dengan baik agar mendukung pertumbuhan ekonomi 8 persen.

"Tantangan utamanya mencakup infrastruktur, kualitas SDM, reformasi birokrasi, dan stabilitas politik," katanya.

Simak juga Video 'CT Sarankan Sektor Riil Diikutsertakan dalam Bauran Kebijakan Ekonomi RI':


Hide Ads