Digandeng Unilever Indonesia, Ini Cerita Para NGO Kurangi Sampah Plastik

Digandeng Unilever Indonesia, Ini Cerita Para NGO Kurangi Sampah Plastik

Hana Nushratu - detikFinance
Jumat, 11 Jul 2025 13:00 WIB
detikcom Leaders Forum
Foto: detikcom Leaders Forum. Dok. Detikcom
Jakarta -

Ada banyak cara sinergi lintas sektor untuk upaya bersama pengelolaan sampah plastik. Bagi komunitas-komunitas atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang berurusan langsung dengan berbagai lapisan masyarakat, kerja sama dengan sektor swasta dapat memperkuat dan memperluas dampak dari gerakan masing-masing.

Hal ini dialami LSM Lohjinawi dan Waste4Change yang sudah bertahun-tahun bermitra dengan Unilever Indonesia. Lohjinawi adalah organisasi pengelolaan sampah plastik, pemberdayaan UMKM dan pengembangan masyarakat asal Surabaya, sementara Waste4Change adalah perusahaan pengelolaan sampah dengan visi mengurangi jumlah sampah yang ada di Indonesia, terutama di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Ketua Yayasan Lohjinawi, Yasmin, mengatakan bahwa awal mula terbentuknya Lohjinawi adalah pantikan dari Unilever.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dulunya saya ini bekerja sebagai salah satu agen dari Unilever untuk produk home care dan personal care," ujar Yasmin dalam sesi bincang bersama detikcom Leaders Forum 'Bebas Plastik 2040, Mimpi atau Misi?', Senin (7/7/2025).

"Tahun 2005 ada tawaran dari Unilever untuk menggerakan program Berantas Bersih, untuk pengelolaan sampah" sambungnya. Itulah awal mula keterlibatan Yasmin dalam gerakan pengelolaan sampah.

ADVERTISEMENT

Pada 2012, Yasmin membentuk Yayasan Lohjinawi di Surabaya dan kemudian berekspansi ke kota-kota lain seperti Banjarmasin. Meskipun sudah lebih dari 20 tahun, Yasmin berpendapat bahwa edukasi soal pengelolaan sampah kepada masyarakat bukanlah hal yang mudah dan kolaborasi lintas sektor seperti yang terus berjalan dengan Unilever Indonesia menjadi faktor yang sangat membantu dalam perjalanannya sebagai waste entrepreneur.

Sama halnya dengan Waste4Change. Dikatakan oleh Founder Waste4Change Bijaksana Junerosano yang juga pendiri Greeneration Indonesia, Ecoxyztem, Unilever Indonesia mengajak pihaknya bekerja sama sejak 11 tahun yang lalu.

"Sama dengan cerita mbak Yasmin dan Lohjinawi, waktu kami memulai di tahun 2014-2015, salah satu klien pertama yang percaya kepada Waste4Change itu adalah Unilever," jelas Sano.

"Gedungnya itu diizinkan untuk kemudian kami kelola secara bertanggung jawab, zero waste to landfill. Jadi menurut saya yang dibutuhkan sama kami entrepreneur-entrepreneur adalah trust, kepercayaan," sambungnya.

Sano mengatakan hal kedua yang dibutuhkan adalah kesempatan. Kemudian hal yang terakhir adalah pemanduan atau guidance.

Setiap tahunnya, Unilever Indonesia melakukan audit ke kantor Waste4Change. Dikarenakan kinerjanya yang membaik dari tahun ke tahun, Waste4Change pun akhirnya terus berkembang hingga saat ini.

"Yang tadinya cuma tiga orang, kami sekarang ada 700 orang. Per hari kita sudah mengelola sampah 100 ton per hari atau 3.000 ton per bulan," kata Sano.

Berbagai pencapaian dan upaya yang telah dilakukan oleh para komunitas dan LSM membuktikan akan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam menangani masalah sampah plastik agar tujuan dapat dicapai lebih cepat dengan dampak yang berkelanjutan.

Simak juga Video 'Kala Alun-alun Bogota Jadi Lautan Botol Plastik':

(anl/anl)

Hide Ads